Pages

Saturday, February 6, 2010

Shalahuddin Al-Ayyubi

Salahuddin Ayyubi (1137–1193) (Salah al Din Yusuf Ibn Ayyub; ÕáÇå ÇáÏíä íæÓÝ ÇÈä ÇíæÈ) mendirikan Dinasti Ayyubid bangsa Kurdi di Mesir dan Suriah. Dia juga terkenal di kalangan Nasrani dan Muslim dengan kemampuannya sebagai pemimpin perang dan keahliannya dalam peperangan yang disertai juga dengan sifat kesateriaan dan belas kasihannya semasa Perang Salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud

Naik ke kekuasaan


Salah al-Din dilahirkan dalam keluarga Kurdis di Tikrit di Sungai Tigris dan dikirim ke Damaskus untuk menyelesaikan pendidikannya. Di sana ia hidup selama sepuluh tahun di pengadilan Nur ad-Din, dan dikenal karena ketertarikannya kepada hadith Sunni. Setelah pendidikan ketenteraan awal di bawah pengawalan pamannya, Negarawan dan prajurit Seljuk, Shirkuh, yang mewakili Nur ad-Din dalam kempen melawan faksi kalifah Fatimid dari Mesir dalam tahun 1160-an.
Di kemudian hari Saladin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian-pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antara anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid.


Shalahuddin Al-Ayyubi


Shalahuddin Al-Ayyubi adalah panglima pasukan Muslim pada Perang Salib.
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdis, ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit.


Baik ayahnya maupun pamannya, kedua-duanya mengabdi kepada 'Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika 'Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Libanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, politik dan organisasi menghimpun massa.


Dari usia belasan tahun Shalahuddin selalu bersama ayahnya di medan pertempuran melawan Tentara Perang Salib atau menumpas para pemberontakan terhadap pemimpinnya Sultan Nuruddin Mahmud. Ketika Nuruddin berhasil merebut kota Damaskus tahun pada tahun 549 H/1154 M maka keduanya ayah dan anak telah menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya.


Dalam tiga pertempuran di Mesir bersama-sama pamannya Asaduddin melawan Tentara Perang Salib dan berhasil mengusirnya dari Mesir pada tahun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamnnya meninggal, jawatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.


Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentera Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan diantara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.


http://www.geocities.com/khairilhusni416/A...-_Permaidani.rm

No comments:

Post a Comment