Pages

Saturday, February 6, 2010

SEJARAH NEGARA SERUMPUM MELAYU ISLAM - INDONESIA



Negara Indonesia yang terletak di Asia Tenggara ini, merupakan , sebuah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sekitar 200 juta muslim hidup di negara ini. Ertinya, sekitar 90 peratus dari keseluruhan populasi negara ini adalah muslim. Jumlah muslim yang amat besar, yang berada di sebuah negara dengan hasil alam yang amat kaya, terutama gas dan minyak, menjadikan Indonesia sebagai sebuah target penting bagi para pendakyah kristian.


Indonesia selama lebih dari tiga abad berada di bawah penjajahan negara-negara Barat, seperti Sepanyol, Portugis, dan Belanda. Setelah melakukan perjuangan melawan Belanda, akhirnya rakyat Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Ogos 1945. Kehadiran imperialisma Belanda yang memakan waktu hingga 350 tahun menciptakan kesempatan yang sangat luas bagi masuknya delegasi-delegasi pendakyah Barat ke Indonesia. Sebagaimana telah kami bahas pada bagian-bagian yang lalu, pendakyah selalu menjadi pendukung utama imperialisma. Kerana itu, program-program pendakyah selalu sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh kaum penjajah. Belanda yang selama tahun-tahun pertama abad ke-17 melancarkan program imperialismanya di Asia Tenggara dan Timur Jauh, juga menggunakan bantuan dari para pendakyah.


VOC atau Perusahaan Belanda di Hindia Timur yang dibentuk sejak tahun 1602 yang merupakan wakil imperialisma Belanda di Asia Tenggara, selalu melindungi para pendakyah dan rakyat pribumi di Asia Tenggara dipaksa untuk mau menerima ajaran Kristian. Latourette, penulis buku sejarah Kristian yang berjudul “A History of Christianity” , meskipun berusaha mengaburkan adanya hubungan antara pendakyah dengan program-program imperialisma, mengakui dalam bukunya itu, bahwa “Prinsip dan kaidah Kristian dalam kebijakan-kebijakan imperialisme Belanda memainkan peranan yang sangat banyak.”


Sementara para penjajah Belanda memaksa rakyat pribumi untuk menerima ajaran Kristian, sebaliknya, jika seorang Belanda masuk Islam, kewangannya akan dihentikan dan orang itu akan ditangkap serta dikeluarkan dari wilayah tersebut. Perlindungan para imperialisme Barat terhadap para pendakyah di Asia tenggara, termasuk Indonesia, menyebabkan mereka memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Hal ini boleh dilihat, ketika Indonesia meraih kemerdekaannya, orang-orang Kristian di negara ini menduduki jawatan-jawatan penting dalam pemerintahan dan memiliki pengaruh yang besar dalam percaturan politik Indonesia. Contoh penting mengenai pengaruh Kristian di Indonesia, adalah dalam proses penyusunan UUD RI. Pada konsep UUD tersebut, disebutkan kelima “Ketuhanan yang Mahaesa dengan menjalankan kewajiban syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Penulisan konsep ini didasarkan pada kenyataan bahwa majoriti penduduk Indonesia adalah muslim. Namun, kerana kuatnya pengaruh Kristian yang jumlahnya hanya 8 persen itu, kalimat tersebut diubah dan hanya ditulis “Ketuhanan Yang Mahaesa”.


Dewasa ini, aktiviti pendakyah di Indonesia dilakukan dengan berbagai metode. Di antaranya, dengan berlindung di balik organisasi-organisasi antarabangsa seperti WHO, FAO, UNESCO, dan UNICEF. Para pendakyah itu banyak melakukan kegiatannya di daerah-daerah yang penduduknya miskin dan terpencil, seperti di sebagian kawasan Irian Jaya dan Sulawesi. Mereka mengirimkan doktor dan guru-guru ke daerah-daerah itu serta mendirikan yayasan-yasayan sosial, dengan tujuan untuk mendekati dan menarik hati masyarakat pribumi.


Di antara yayasan-yayasan pendakyah yang aktif di Indonesia adalah Nehemia Foundation yang sering disebut sebagai CCN. Lembaga ini didirikan pada tahun 1987 oleh Pendeta Suradi dengan tujuan untuk mendidik para pendakyah Kristian. Namun, dengan melihat cara kerja yayasan ini, para tokoh Islam Indonesia berkeyakinan bahwa tujuan yayasan ini adalah untuk menghina Islam. Untuk mecapai tujuan ini, yayasan tersebut melakukan berbagai usaha, di antaranya menciptakan ayat dan hadis-hadis palsu.






Beberapa waktu yang lalu, majalah Moslem Media terbitan London menuliskan laporannya tentang program Dewan Gereja Indonesia yang bertujuan untuk mengkristiankan masyarakat Indonesia. Berdasarkan program ini, Dewan Gereja menyuruh para anggotanya untuk ikut serta dalam aktiviti politik, ekonomi, dan budaya agar boleh meraih puncak kekuasaan dan boleh mengendalikan politik negara itu sesuai dengan kepentingan gereja. Disebutkan pula bahwa Dewan Gereja juga menyuruh agar para anggotanya mendekati orang Indonesia keturunan Cina kerana mereka lebih mudah untuk ditarik ke dalam agama Kristian dan posisi mereka di Indonesia boleh menguntungkan Kristian.


Dalam majalah Sabili terbitan Indonesia pada edisi 05 tahun 2003, dituliskan laporan mengenai aktiviti pendakyah di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di masa lalu, Kerajaan Gowa adalah sebuah kerajaan Islam yang gigih berjuang mengusir Belanda dari tanah air Indonesia. Namun kini, Gowa adalah lahan empuk bagi para pendakyah. Misalnya, di kelurahan Malino sejak Februari 1974, didirikan Sekolah AlKitab, yang merupakan salah satu dari sekitar 25 sekolah Alkitab Gereja Pantekosta di bawah naungan Belanda. Di kelurahan ini, ada 7 gereja yang aktif. Di desa Sicini, yang penduduknya merupakan masyarakat miskin terbesar di Gowa, para misionaris gencar mengirimkan bantuan-bantuan kepada masyarakat. Mereka mendapatkan dukungan dana dari Vatikan, AS, Kanada, dan Belanda. Di desa-desa lainnya di Gowa pun, keadaannya tak jauh berbeda. Para pendakyah dengan giat menyalurkan bahan pangan, wang, alat tulis, pakaian bekas. Mereka juga mengadakan pelatihan penternakan dan pertanian kepada masyarakat, bahkan membangun jaringan paip air bersih. Semua kegiatan ini ditujukan untuk menarik hati masyarakat pribumi dan mengajak mereka untuk memeluk agama Kristian.



Sejarah Indonesia diawali kerajaan-kerajaan besar di Jawa dan Sumatra yang mengandalkan perdagangan di sekitar wilayah Nusantara. Kedatangan orang-orang Eropah (terutamanya Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 350 tahun antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20.


http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia



tidak banyak orang yang mengetahui
secara lengkap sejarah nenek moyangnya
mungkin kerana tidak ada data tepat atau bahkan
mereka tidak tahu harus cari kemana

No comments:

Post a Comment