Pages
▼
Thursday, February 25, 2010
Tipu Daya Iblis Melalui Wanita
Iblis dan Tentaranya Menyesatkan Manusia dengan Wanita
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nabi saw bersabda, "Dinding penutup antara mata jin dan aurat manusia ketika
seseorang masuk jamban adalah kalau ia mengucapkan Bismillaah."(HR.Ibnu
Majah dalam Kitab Thaharah 242).
Iblis dan bala tentaranya adalah sosok-sosok yang jiwanya kotor
terus-menerus. Mereka selalu mengintip aurat dan kejelekan. Iblis telah
mencopot pakaian Adam dan isterinya sedangkan keduanya itu di surga.
Lalu di dunia ini Iblis, wadya balanya, dan partainya melepaskan pakaian
taqwa dari jiwa manusia,dan mencopoti pakaian penutup aurat dari
badan.Sehingga keadaan telanjang menjadi pemandangan nyata yang dianggap
biasa, sedang menampakkan aurat sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan
manusia tanpa ada halangannya.Tetapi kalau memang kita tetap teguh
mengikuti syari'at Islam maka tidak akan terjadi yang demikian itu. Iblis
tak mampu, sampai di tempat-tempat yang kamu harus buka aurat pun, iblis tak
mampu melihatnya,(karena ada do'a seperti tersebut di atas). Maka segala
puji bagi Allah yang telah menjadikan dzikir dan keutamaan berserah diri
kepadaNya itu sebagai pencegah bagi mata barisan iblis dan partainya.
(Lihat Hasan Ahmad Qathamisy, Al-Muwajahah As-Shira' ma'as Syaithan wa
Hizbihi, Daru Thibah Ar-Riyadh 1415H/1995, cet I, hal 147).
** Wanita
Nabi Muhammad saw bersabda, "Wanita itu menghadap ke muka dalam bentuk
syetan, dan menghadap ke belakang dalam bentuk syetan (pula)." (HR.
Muslim, Juz 10 Kitab Nikah, hal 177).
Mujahid berkata, "Ketika perempuan menghadap ke depan (datang) maka syetan
duduk di atas kepalanya lalu menghiasinya untuk orang yang melihatnya,dan
ketika perempuan itu menghadap kebelakang (pergi) syetan duduk diatas bagian
belakangnya lalu ia memperindahnya untuk orangyang
melihatnya."(Al-Qurthubi, Al-Jami'li Ahkaamil Quran ;12/227).
Nabi saw juga memperingatkan,
"Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau.Dan sesungguhnya Allah menjadikan
kamu sekalian khalifah di dunia,lalu Allah mengawasi bagaimana kamu
berbuat.Maka jagalah dirimu tentang dunia dan jagalah dirimu tentang
wanita.Sesungguhnya bencana/fitnah Bani Israil adalah dalam hal wanita."
(HR. Muslim, Juz 17 Kitab Riqaq, hal 55).
Sabda Nabi saw pula,
"Aku tidak meninggalkan fitnah/bencana yang lebih berbahaya atas kaum
lelaki(selain bahaya fitnah) dari perempuan." (Al-Fath,juz 9, Hadits
5096,dan Muslim, juz 18 hal 54).
Sa'id bin Al-Musayyib berkata,"Jika syetan putus asa mengenai sesuatu maka
iakemudian pasti mendatangi sesuatu itu dari arah perempuan."
Sa'id pun berkata lagi, "Tidak ada sesuatu yang lebih aku takuti di sisiku
kecuali perempuan ." (Siaru 'a'laamin Nublaa' Juz 4/ 237).
Kalau syetan putus asa dalam hal tertentu, maka dia akan melancarkan godaan
itu dari arah perempuan.Apa yang dikatakan Sa'id bin Al-Musayyib (seorang
ulama Tabi'in) tersebut dalam kenyataan kini tampak nyata. Sudah menjadi
rahasia umum, ada proyek-proyek yang dilancarkan pengurusannya pakai umpan
wanita.Itulah praktek syetan. Maka Sa'id yang di zaman sahabat tidak
ada kebiasaan model syetan seperti sekarang pun, dia paling takut
terhadap wanita.
Dan Hadits tentang wanita kadang-kadang panjang, itu tidak lain karena
pengikut syetan terkutuk yang paling banyak adalah wanita. Dalam
Hadits disebutkan,
"Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar,maka syetan membuatnya
indah (dalam pandangan laki-laki)." (Hadits Shahih Sunan At-Tirmidzi
no.936, dan At-Thabrani di Al-Kabier juz 3/64, dan lihat Al-Irwaa' no.
273).
** Perempuan Sebagai Salah Satu Sarana Iblis Untuk Merusak
Iblis menyodorkan fitnah pada wanita guna menyesatkan dan merusak.Al-Quran
telah mengisahkan contoh-contoh adanya bencana-bencana/fitnah lewat
wanita.
** Godaan Syetan untuk Kaum Tsamud Lewat Wanita
Ibnu Jarir dan lain-lain dari ulama salaf (generasi Sahabat, Tabi'in,dan
Tabi'ut Tabi'in) menyebutkan bahwa dua wanita dari kaum Tsamud,salah satunya
Shaduq putri Al-Mahya bin Zuhair bin Al-Mukhtar,dia adalah bangsawan dan
kaya. Sedang ia dibawah suami yang telah masuk Islam,lalu wanita ini
menceraikan suaminya itu.Kemudian dia mengundang putera pamannya yang
bernama Mashro' bin Mahraj bin Al-Mahya,dan menyodorkan dirinya pada putera
pamannya itu bila ia berani membunuh onta (Nabi Shalih).
Wanita lainnya adalah Anbarah binti Ghanim bin Majlaz dijuluki Ummu 'Utsman.
Dia ini tua dan kafir, punya 4 anak perempuan dari suaminya,Dzu'ab bin
Amru,salah satu pemuka kaum.Si perempuan tua ini menyodorkan ke-4 putrinya
kepada Qadar ibn Salif bila ia berani membunuh onta,maka ia akan
kebagian putrinya mana saja yang ia ingini. Lalu kedua pemuda (Masrhro'
dan Qadar) bersegera untuk membunuh onta itu,dan berusaha mencari teman di
dalam kaumnya. Maka 7 orang lainnya merespon ajakannya itu, jadi jumlahnya 9
orang.Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala,
"Dan adalah dikota itu (Kota Al-Hijr) sembilan orang laki-laki yang
membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan."
(An-Naml: 48).
Mereka berusaha pada sisa kabilah itu dengan mempropagandakan untuk membunuh
onta, mereka menyambutnya dan sepakat akan membunuh onta itu. Mereka
berangkat mengintai onta.Ketika onta itu muncul dari kawanan yang mendatangi
air, Mashro' bersembunyi untuk menyergapnya,lantas melemparkan panah dan
menancaplah di tulang kaki onta.Dan datanglah wanita-wanita membujuk kabilah
itu untuk membunuh onta, sedang wanita-wanita itu membuka wajah-wajahnya
(dari kerudungnya)untuk menyemangati kabilahnya. Qadar bin Salif mendahului
mereka mengeraskan (hantaman) pedangnya atas onta itu maka putuslah
urat di atas tumitnya, lalu jatuh tersungkurlah onta itu ke bumi.
(Tafsir At -Thabari juz 12/531-534, Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir juz
1/127,Al-Kamil fit Taariekh Ibnul Atsir juz 1/51-52).
Wanita yang menyemangati Mashro' adalah isteri pemimpin, sedang yang
menyemangati Qadar adalah isteri pejabat juga. Adapun Qadar bin Salif
sendiri termasuk pemimpin, jadi mereka itu orang elit semua. Perempuan
pertama telah menyodorkan dirinya kepada Mashro', sedang perempuan kedua
menyodorkan puteri-puterinya kepada Qadar. Dan perempuan perempuan
kabilah itu telah keluar dengan membujuk orang-orang agar membunuh onta
dengan cara membuka wajah-wajah mereka. Sungguh telah terjadi fitnah
wanita itu sebagai jalan masuknya Iblis kepada para pembesar, dan Iblis
bersandar bersama mereka untuk membunuh onta yang menjadi ayat Allah yang
disampaikan kepada nabiNya, Shalih as.
Demikian ini tampak bagi kita,para pembesar (kaum elit) bersepakat semuanya,
laki-laki maupun perempuan.
** Kepala Nabi Yahya as Dipenggal Untuk Wanita Nakal
Hal itu dikatakan kepada Ibnu Umar oleh Asma' binti Abu Bakar di salah satu
bagian masjidil Haram.Demikian itu ketika Ibnu Zubair putera Asma'
disalib, lalu Ibnu Umar menoleh ke Asma' seraya berkata,"Jasad (anakmu)
ini sebenarnya bukan apa-apa,sedang yang disisi Allah hanyalah arwah. Maka
bertaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah." Lalu Asma' menjawab,
"Apa yang menghalangiku (untuk bertaqwa dan bersabar), sedang kepala
Yahya bin Zakaria as (saja yang lebih mulia darinya) telah dihadiahkan
kepada seorang pelacur dari bani Israel." [Siaru A'laamin Nublaa' juz
2/294, Al -Muhalla juz 2/22, 'Uud al Hijaab juz 2/195, dan para
perawi-nya terpercaya, khabar itu tetap untuk kisah, Al-Muwajahah hal 80].
Kenyataan dari kisah ini adalah Asma' menyebutkan dibunuhnya Yahya as itu
karena (permintaan) pelacur. Disini kita lihat puncak kekuasaan iblis atas
orang-orang elit dengan dorongan syahwat seks dimana sampai membunuh
seorang nabi Allah yaitu Yahya bin Zakaria. Walaupun berbeda-beda
kitab-kitab tarikh (sejarah) dalam rincian peristiwa ini hanya saja intinya
adalah:
Seorang raja di Damaskus masa itu ada yang menginginkan kawin dengan
seorang mahramnya atau wanita yang tidak halal baginya untuk dikawini. Lalu
Nabi Yahya mencegahnya, sedangkan wanita itu menginginkan sang raja,maka ada
suatu (ganjalan) yang menetap di dalam jiwa wanita dan raja itu terhadap
Nabi Yahya. Maka ketika antara wanita dan raja itu terjadi percintaan,
wanita itu minta agar diberi darah Yahya,sang raja akan memberikan
kepadanya. Maka raja mengutus orang untuk mendatangi Nabi Yahya dan
membunuhnya, lalu menyerahkan kepala Yahya kepada wanita itu!!! [Lihat
Tarikh At-Thabari ;1/586-592, Al-kamil Ibnu Atsir ;1/171, Al-Bidayah wan
Nihayah ;1/49].
Demikianlah orang-orang terlaknat tidak menahan diri untuk tidak
membunuh nabi-nabi Allah. Bagaimana tidak? Nabi-nabi Allah itu adalah
penyuluh hidayah dan pemegang bendera kebenaran dan Tauhid,sedangkan iblis
terlaknat itu pembawa bendera neraka dan panji-panji kekafiran serta
syirik.
Sumber: Al-Muwajahah as-Shira' ma'as Syaithan wa Hizbihi oleh Hasan Ahmad
Qathamisy, Daru Thibah Ar-Riyadh cet I, 1415 H/1995..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nabi saw bersabda, "Dinding penutup antara mata jin dan aurat manusia ketika
seseorang masuk jamban adalah kalau ia mengucapkan Bismillaah."(HR.Ibnu
Majah dalam Kitab Thaharah 242).
Iblis dan bala tentaranya adalah sosok-sosok yang jiwanya kotor
terus-menerus. Mereka selalu mengintip aurat dan kejelekan. Iblis telah
mencopot pakaian Adam dan isterinya sedangkan keduanya itu di surga.
Lalu di dunia ini Iblis, wadya balanya, dan partainya melepaskan pakaian
taqwa dari jiwa manusia,dan mencopoti pakaian penutup aurat dari
badan.Sehingga keadaan telanjang menjadi pemandangan nyata yang dianggap
biasa, sedang menampakkan aurat sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan
manusia tanpa ada halangannya.Tetapi kalau memang kita tetap teguh
mengikuti syari'at Islam maka tidak akan terjadi yang demikian itu. Iblis
tak mampu, sampai di tempat-tempat yang kamu harus buka aurat pun, iblis tak
mampu melihatnya,(karena ada do'a seperti tersebut di atas). Maka segala
puji bagi Allah yang telah menjadikan dzikir dan keutamaan berserah diri
kepadaNya itu sebagai pencegah bagi mata barisan iblis dan partainya.
(Lihat Hasan Ahmad Qathamisy, Al-Muwajahah As-Shira' ma'as Syaithan wa
Hizbihi, Daru Thibah Ar-Riyadh 1415H/1995, cet I, hal 147).
** Wanita
Nabi Muhammad saw bersabda, "Wanita itu menghadap ke muka dalam bentuk
syetan, dan menghadap ke belakang dalam bentuk syetan (pula)." (HR.
Muslim, Juz 10 Kitab Nikah, hal 177).
Mujahid berkata, "Ketika perempuan menghadap ke depan (datang) maka syetan
duduk di atas kepalanya lalu menghiasinya untuk orang yang melihatnya,dan
ketika perempuan itu menghadap kebelakang (pergi) syetan duduk diatas bagian
belakangnya lalu ia memperindahnya untuk orangyang
melihatnya."(Al-Qurthubi, Al-Jami'li Ahkaamil Quran ;12/227).
Nabi saw juga memperingatkan,
"Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau.Dan sesungguhnya Allah menjadikan
kamu sekalian khalifah di dunia,lalu Allah mengawasi bagaimana kamu
berbuat.Maka jagalah dirimu tentang dunia dan jagalah dirimu tentang
wanita.Sesungguhnya bencana/fitnah Bani Israil adalah dalam hal wanita."
(HR. Muslim, Juz 17 Kitab Riqaq, hal 55).
Sabda Nabi saw pula,
"Aku tidak meninggalkan fitnah/bencana yang lebih berbahaya atas kaum
lelaki(selain bahaya fitnah) dari perempuan." (Al-Fath,juz 9, Hadits
5096,dan Muslim, juz 18 hal 54).
Sa'id bin Al-Musayyib berkata,"Jika syetan putus asa mengenai sesuatu maka
iakemudian pasti mendatangi sesuatu itu dari arah perempuan."
Sa'id pun berkata lagi, "Tidak ada sesuatu yang lebih aku takuti di sisiku
kecuali perempuan ." (Siaru 'a'laamin Nublaa' Juz 4/ 237).
Kalau syetan putus asa dalam hal tertentu, maka dia akan melancarkan godaan
itu dari arah perempuan.Apa yang dikatakan Sa'id bin Al-Musayyib (seorang
ulama Tabi'in) tersebut dalam kenyataan kini tampak nyata. Sudah menjadi
rahasia umum, ada proyek-proyek yang dilancarkan pengurusannya pakai umpan
wanita.Itulah praktek syetan. Maka Sa'id yang di zaman sahabat tidak
ada kebiasaan model syetan seperti sekarang pun, dia paling takut
terhadap wanita.
Dan Hadits tentang wanita kadang-kadang panjang, itu tidak lain karena
pengikut syetan terkutuk yang paling banyak adalah wanita. Dalam
Hadits disebutkan,
"Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar,maka syetan membuatnya
indah (dalam pandangan laki-laki)." (Hadits Shahih Sunan At-Tirmidzi
no.936, dan At-Thabrani di Al-Kabier juz 3/64, dan lihat Al-Irwaa' no.
273).
** Perempuan Sebagai Salah Satu Sarana Iblis Untuk Merusak
Iblis menyodorkan fitnah pada wanita guna menyesatkan dan merusak.Al-Quran
telah mengisahkan contoh-contoh adanya bencana-bencana/fitnah lewat
wanita.
** Godaan Syetan untuk Kaum Tsamud Lewat Wanita
Ibnu Jarir dan lain-lain dari ulama salaf (generasi Sahabat, Tabi'in,dan
Tabi'ut Tabi'in) menyebutkan bahwa dua wanita dari kaum Tsamud,salah satunya
Shaduq putri Al-Mahya bin Zuhair bin Al-Mukhtar,dia adalah bangsawan dan
kaya. Sedang ia dibawah suami yang telah masuk Islam,lalu wanita ini
menceraikan suaminya itu.Kemudian dia mengundang putera pamannya yang
bernama Mashro' bin Mahraj bin Al-Mahya,dan menyodorkan dirinya pada putera
pamannya itu bila ia berani membunuh onta (Nabi Shalih).
Wanita lainnya adalah Anbarah binti Ghanim bin Majlaz dijuluki Ummu 'Utsman.
Dia ini tua dan kafir, punya 4 anak perempuan dari suaminya,Dzu'ab bin
Amru,salah satu pemuka kaum.Si perempuan tua ini menyodorkan ke-4 putrinya
kepada Qadar ibn Salif bila ia berani membunuh onta,maka ia akan
kebagian putrinya mana saja yang ia ingini. Lalu kedua pemuda (Masrhro'
dan Qadar) bersegera untuk membunuh onta itu,dan berusaha mencari teman di
dalam kaumnya. Maka 7 orang lainnya merespon ajakannya itu, jadi jumlahnya 9
orang.Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala,
"Dan adalah dikota itu (Kota Al-Hijr) sembilan orang laki-laki yang
membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan."
(An-Naml: 48).
Mereka berusaha pada sisa kabilah itu dengan mempropagandakan untuk membunuh
onta, mereka menyambutnya dan sepakat akan membunuh onta itu. Mereka
berangkat mengintai onta.Ketika onta itu muncul dari kawanan yang mendatangi
air, Mashro' bersembunyi untuk menyergapnya,lantas melemparkan panah dan
menancaplah di tulang kaki onta.Dan datanglah wanita-wanita membujuk kabilah
itu untuk membunuh onta, sedang wanita-wanita itu membuka wajah-wajahnya
(dari kerudungnya)untuk menyemangati kabilahnya. Qadar bin Salif mendahului
mereka mengeraskan (hantaman) pedangnya atas onta itu maka putuslah
urat di atas tumitnya, lalu jatuh tersungkurlah onta itu ke bumi.
(Tafsir At -Thabari juz 12/531-534, Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir juz
1/127,Al-Kamil fit Taariekh Ibnul Atsir juz 1/51-52).
Wanita yang menyemangati Mashro' adalah isteri pemimpin, sedang yang
menyemangati Qadar adalah isteri pejabat juga. Adapun Qadar bin Salif
sendiri termasuk pemimpin, jadi mereka itu orang elit semua. Perempuan
pertama telah menyodorkan dirinya kepada Mashro', sedang perempuan kedua
menyodorkan puteri-puterinya kepada Qadar. Dan perempuan perempuan
kabilah itu telah keluar dengan membujuk orang-orang agar membunuh onta
dengan cara membuka wajah-wajah mereka. Sungguh telah terjadi fitnah
wanita itu sebagai jalan masuknya Iblis kepada para pembesar, dan Iblis
bersandar bersama mereka untuk membunuh onta yang menjadi ayat Allah yang
disampaikan kepada nabiNya, Shalih as.
Demikian ini tampak bagi kita,para pembesar (kaum elit) bersepakat semuanya,
laki-laki maupun perempuan.
** Kepala Nabi Yahya as Dipenggal Untuk Wanita Nakal
Hal itu dikatakan kepada Ibnu Umar oleh Asma' binti Abu Bakar di salah satu
bagian masjidil Haram.Demikian itu ketika Ibnu Zubair putera Asma'
disalib, lalu Ibnu Umar menoleh ke Asma' seraya berkata,"Jasad (anakmu)
ini sebenarnya bukan apa-apa,sedang yang disisi Allah hanyalah arwah. Maka
bertaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah." Lalu Asma' menjawab,
"Apa yang menghalangiku (untuk bertaqwa dan bersabar), sedang kepala
Yahya bin Zakaria as (saja yang lebih mulia darinya) telah dihadiahkan
kepada seorang pelacur dari bani Israel." [Siaru A'laamin Nublaa' juz
2/294, Al -Muhalla juz 2/22, 'Uud al Hijaab juz 2/195, dan para
perawi-nya terpercaya, khabar itu tetap untuk kisah, Al-Muwajahah hal 80].
Kenyataan dari kisah ini adalah Asma' menyebutkan dibunuhnya Yahya as itu
karena (permintaan) pelacur. Disini kita lihat puncak kekuasaan iblis atas
orang-orang elit dengan dorongan syahwat seks dimana sampai membunuh
seorang nabi Allah yaitu Yahya bin Zakaria. Walaupun berbeda-beda
kitab-kitab tarikh (sejarah) dalam rincian peristiwa ini hanya saja intinya
adalah:
Seorang raja di Damaskus masa itu ada yang menginginkan kawin dengan
seorang mahramnya atau wanita yang tidak halal baginya untuk dikawini. Lalu
Nabi Yahya mencegahnya, sedangkan wanita itu menginginkan sang raja,maka ada
suatu (ganjalan) yang menetap di dalam jiwa wanita dan raja itu terhadap
Nabi Yahya. Maka ketika antara wanita dan raja itu terjadi percintaan,
wanita itu minta agar diberi darah Yahya,sang raja akan memberikan
kepadanya. Maka raja mengutus orang untuk mendatangi Nabi Yahya dan
membunuhnya, lalu menyerahkan kepala Yahya kepada wanita itu!!! [Lihat
Tarikh At-Thabari ;1/586-592, Al-kamil Ibnu Atsir ;1/171, Al-Bidayah wan
Nihayah ;1/49].
Demikianlah orang-orang terlaknat tidak menahan diri untuk tidak
membunuh nabi-nabi Allah. Bagaimana tidak? Nabi-nabi Allah itu adalah
penyuluh hidayah dan pemegang bendera kebenaran dan Tauhid,sedangkan iblis
terlaknat itu pembawa bendera neraka dan panji-panji kekafiran serta
syirik.
Sumber: Al-Muwajahah as-Shira' ma'as Syaithan wa Hizbihi oleh Hasan Ahmad
Qathamisy, Daru Thibah Ar-Riyadh cet I, 1415 H/1995..
BAB PERTAMA: ASAL USUL SYAITAN.
Secara umumnya terdapat tiga jenis makhluk yang setiap darinya memiliki asal usul ciptaan yang berbeza:
1.Malaikat yang dicipta dari cahaya.
2.Jin yang dicipta dari api.
3.Manusia yang dicipta dari tanah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menerangkan tentang tiga jenis makhluk ini dalam sabda baginda:
خُلِقَتْ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ.
Diciptakan malaikat dari cahaya, diciptakan jin dari nyalaan api dan diciptakan Adam (manusia)
dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.[1]
Merujuk kepada tiga jenis makhluk di atas, yang penting untuk diketahui ialah bahan asas ciptaannya dan bukan bagaimana bahan tersebut berbentuk atau diadun. Ini kerana jika dihimpun semua ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih berkenaan asal usul malaikat, jin dan manusia, akan ditemui bahawa bahan-bahan tersebut dinyatakan dalam bentuk yang berbeza atau adunan yang berlainan.
Untuk jin umpamanya, dalam hadis di atas disebut bahawa ia dicipta dari nyalaan api. Akan tetapi dalam ayat 27 surah al-Hijr, disebut bahawa ia dicipta dari (نار السموم) “angin api yang amat panas”. Perbezaan ini sebenarnya saling melengkap dan memperinci antara satu sama lain. Yang penting untuk kita ketahui ialah bahan asas untuk ciptaan jin ialah api.
Di antara tiga makhluk ini, manusia dicipta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala selepas Dia mencipta malaikat dan jin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.
Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu dari angin api yang panasnya menyerap
ke liang bulu roma (نار السموم). Dan (ingatkanlah peristiwa)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia
dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:26-28]
Dalam ayat di atas, dinyatakan bahawa:
“Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu…”, menunjukkan bahawa jin dicipta sebelum manusia.
*
“…ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia…”, menunjukkan malaikat sudah sedia ada ketika Allah hendak mencipta manusia.
Setakat ini tidak ditemui nas yang sahih lagi jelas yang menerangkan antara malaikat dan jin, siapakah yang dicipta terlebih dahulu. Apabila Allah dan Rasul-Nya mendiamkan persoalan ini, bererti ia bukanlah sesuatu yang bermanfaat untuk kita memikirkannya atau mencari jawapanya.
Antara tiga makhluk tersebut, syaitan adalah dari jenis makhluk jin sebagaimana jelas Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat berikut:
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”; lalu mereka sujud melainkan iblis;
ia adalah berasal dari golongan jin.
[al-Kahf 18:50]
Dalam ayat yang lain diterangkan bahawa syaitan berasal dari api, menunjukkan mereka berasal dari jenis jin:
Allah berfirman: “Apakah penghalangnya yang menyekatmu
daripada sujud ketika Aku memerintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (wahai Tuhan)
jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.”
[al-A’raaf 7:12]
Ada pun iblis, maka ia adalah salah satu nama syaitan. Tidak ditemui petunjuk sahih apakah iblis ketua syaitan atau syaitan yang pertama. Sekali lagi, apabila Allah dan dan Rasul-Nya mendiamkan persoalan “Siapakah iblis?”, bererti ia adalah sesuatu yang tidak penting untuk kita mengetahuinya. Yang penting ialah kita mengetahui bahawa iblis adalah salah satu nama syaitan. Perkaitan antara iblis dan syaitan dapat dilihat pada ayat berikut, setelah iblis enggan sujud kepada Adam:
Allah berfirman (kepada iblis):
“Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah balasan kamu semua,
sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu)”.
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-Isra’ 17:63-64]
************
Beberapa Penjelasan Tambahan.
Pertama: Syaitan bukan dari jenis Malaikat.
Sebahagian orang keliru dengan mengatakan syaitan adalah dari jenis malaikat. Mereka merujuk kepada ayat-ayat dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintah para malaikat untuk sujud kepada Adam. Salah satu dari ayat tersebut:
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kepada Nabi Adam.”
Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan iblis;
ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir.
[al-Baqarah 2:34]
Berdasarkan ayat di atas dan lain-lain yang semaksud dengannya, mereka mendakwa iblis dan syaitan adalah dari jenis malaikat, maka kerana itulah ia dihukum kerana enggan sujud kepada Adam. Seandainya iblis dan syaitan bukan dari jenis malaikat, nescaya ia tidak akan dihukum kerana enggan sujud kepada Adam.
Kekeliruan ini dapat diluruskan dengan penjelasan bahawa dalam ayat 50 surah al-Kahf, sebagaimana yang dikemukakan di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahawa iblis adalah dari jenis jin. Bahkan dalam ayat 12 surah al-A’raaf, Allah telah menjelaskan pengakuan iblis bahawa ia dari api, bahan asas yang sama dengan asal usul jin.
Ada pun ayat 34 surah al-Baqarah dan yang semakna dengannya, perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang ditujukan kepada para malaikat tidaklah bererti iblis adalah dari jenis malaikat. Ini kerana dalam kaedah bahasa Arab, apabila wujud dua kumpulan di mana satunya besar dan satu lagi kecil jumlahnya, perintah kepada kumpulan yang besar merangkumi kumpulan yang kecil juga. Pada saat itu para malaikat membentuk kumpulan yang besar manakala para jin membentuk kumpulan yang kecil. Maka apabila perintah sujud kepada Nabi Adam ‘alahissalam diseru kepada para malaikat, ia merangkumi para jin juga.
Besarnya kumpulan malaikat, atau jumlah mereka, telah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai:
Langit menggeletar dan sudah sememangnya ia menggeletar.
Demi diri Muhammad yang berada di Tangan-Nya, tidak ada sejengkal ruang jua
(di langit) melainkan terdapatnya dahi malaikat yang sedang bersujud,
bertasbih kepada Allah dengan memuji-Nya.[2]
Iblis sedia mengetahui hal ini. Oleh itu apabila ditanyakan “Apakah penghalang yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku (Allah) perintahmu?”, iblis tidak menjawab “Aku tidak sujud kerana perintah hanya dituju kepada para malaikat manakala aku daripada para jin.” Sebaliknya iblis mengakui dia termasuk dalam perintah tersebut namun dia enggan sujud kerana merasakan dirinya lebih hebat. Perhatikan ayat berikut:
Kemudian Kami berfirman kepada malaikat-malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”, lalu mereka sujud melainkan iblis –
ia tidak termasuk dalam golongan yang sujud.
Allah berfirman: “Apakah penghalang yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku perintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam. Engkau (wahai Tuhan) jadikan daku dari api
sedang dia Engkau jadikan dari tanah.” [al-A’raaf 7:11-12]
Oleh itu iblis dan syaitan adalah dari jenis jin dan bukannya malaikat.
Kedua: Manhaj Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berkenaan makhluk ghaib.
Manusia terbahagi kepada tiga golongan apabila berbicara berkenaan syaitan:
1.
Mereka yang menafikannya, iaitu mereka yang berkata makhluk ghaib tidak wujud kerana tidak dapat dibuktikan oleh ilmu sains. Maka golongan ini menafikan kewujudan syaitan. Seterusnya mereka mendakwa bahawa yang wujud hanyalah kedudukan jiwa seseorang. Jika jiwanya mengarah kepada yang baik, maka itu adalah jiwa malaikat. Sebaliknya jika jiwanya mengarah kepada yang buruk, maka itu adalah jiwa syaitan. Maka syaitan hanyalah satu gelaran bagi manusia yang lazim berbuat jahat dan keburukan.
2.
Mereka yang menokok-tambahnya, iaitu mereka yang membuat-buat pelbagai cerita berkenaan makhluk ghaib sehingga membingungkan makhluk ghaib itu sendiri. Berkenaan asal-usul syaitan umpamanya, mereka membuat cerita bahawa iblis itu asalnya makhluk yang rajin beribadah selama ribuan tahun. Ada yang membuat cerita bahawa iblis ialah penjaga langit atau penjaga syurga. Banyak lagi cerita yang dibuat sehingga jika dihimpun semuanya, nescaya dapat menghasilkan sebuah buku yang tebal.
3.
Mereka yang berbicara tentangnya berdasarkan petunjuk wahyu, iaitu mereka yang menahan diri dari berbicara berkenaan makhluk ghaib kecuali terhadap apa yang dikhabarkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Perkhabaran tersebut diterima sebagaimana adanya tanpa ditambah, dikurang atau diubahsuai maksudnya.
Apa yang sudah dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih adalah mencukupi. Apa yang didiamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bererti ia adalah sesuatu yang tidak menambahkan iman, tidak menguatkan ketaqwaan, tidak menegakkan agama, tidak memajukan umat dan tidak memasukkan umat ke syurga. Lebih penting, ia tidak bermanfaat untuk manusia melawan pemusuhan syaitan kepadanya.
Golongan ketiga ini berada di pertengahan antara golongan yang menafikan dan golongan yang menokok tambah. Golongan ketiga inilah yang dimaksudkan sebagai Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.
Ada pun hujuh golongan pertama, maka dijawab bahawa tidak semua perkara yang wujud di alam ini dapat dibuktikan oleh ilmu sains. Tidak boleh menafikan sesuatu perkara semata-mata kerana ilmu kita belum menjangkaui perkara tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Bahkan mereka terburu-buru mendustakan perkara yang fahaman mereka tidak dapat meliputi
segala isi pengetahuannya. [Yunus 10:39]
Bahkan ilmu itu sendiri bersifat relatif, apa yang tidak diketahui hari ini mungkin diketahui pada hari esoknya. Jika 200 tahun yang lalu kita bertanya kepada para ahli sains tentang struktur DNA yang khas bagi setiap manusia, nescaya mereka menafikannya. Ini kerana struktur DNA dalam sel-sel manusia adalah sesuatu yang “ghaib” di sisi para ahli sains 200 tahun yang lalu. Akan tetapi pada masa kini ilmu berkenaan DNA telah menjadi sesuatu yang wujud, tetap lagi luas penggunaannya.
Maka apa yang ghaib di sisi ilmu sains tidak semestinya ghaib dari alam ini. Apatah lagi ilmu berkenaan yang ghaib tersebut dikhabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Manusia amat jauh dari menjangkauinya, maka bagaimana mungkin mereka menafikannya. Padahal ilmu Allah tidak terbanding dengan ilmu manusia:
Dan sekiranya segala pohon yang ada di bumi menjadi pena, dan segala lautan (menjadi tinta),
dengan dibantu kepadanya tujuh lautan lagi sesudah itu, nescaya tidak akan habis
Kalimah-kalimah (ilmu-ilmu) Allah itu ditulis.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. [Luqman 31:27]
Ada pun golongan kedua yang menokok tambah, sebahagian dari tokok tambah tersebut ada yang mereka ambil dari riwayat-riwayat yang tidak diketahui asal-usulnya. Sebahagian lagi mereka buat sendiri untuk menghebatkan cerita dan menarik perhatian orang. Semua ini sia-sia belaka kerana apa yang bermanfaat untuk diketahui oleh manusia berkenaan syaitan telah pun dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-nya. Ia boleh didapati dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Apa yang tidak dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bererti ia adalah sesuatu yang tidak bermanfaat langsung dari sudut apa jua.[3]
Merujuk kepada riwayat-riwayat yang tidak diketahui asal-usulnya, sebahagian darinya boleh didapati dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an. Akan tetapi tujuan riwayat-riwayat itu dikemukakan oleh para pengarangnya bukanlah untuk dijadikan hujah, tetapi sekadar untuk menerangkan kebatilannya. Antara tokoh yang mengemukakan riwayat-riwayat itu ialah Imam Ibn Katsir rahimahullah (774H). Setelah mengemukakan riwayat-riwayat itu, beliau mengkritiknya dengan berkata:
Sehubungan dengan masalah iblis ini, banyak sekali perkataan-perkataan yang diriwayatkan dari ulama’ Salaf tetapi kebanyakannya bersumber dari nukilan-nukilan Israiliyat (kisah-kisah umat Bani Israil dan Nasrani). Hanya Allah sahajalah yang mengetahui kenyataan dari kebenaran sebahagian besarnya. Di antara berita Israiliyat itu dipastikan kedustaannya kerana bertentangan dengan pegangan yang ada pada kita. Keterangan yang terdapat di dalam al-Qur’an sudah cukup tanpa memerlukan lagi berita-berita terdahulu dari kaum Bani Israil kerana sesungguhnya berita-berita itu tidak terlepas dari penggantian, penambahan dan pengurangan.
Mereka telah menuangkan banyak hal lain ke dalam berita-berita itu, sedangkan di kalangan mereka (Bani Israil), tidak terdapat para penghafal yang benar-benar ahli, yang dengan hafalannya itu mereka dapat terhindar dari penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebihan dan kepalsuan yang dilakukan orang-orang yang batil.
Lain halnya dengan apa yang dilakukan umat ini (Islam), mereka memiliki para imam, para ulama’, para pemimpin, orang-orang yang bertaqwa, berbakti dan yang pandai dari kalangan para cendekiawan yang tajam lagi mempunyai hafalan yang dapat diiktiraf. Mereka telah menghimpun dan mencatat hadis-hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menjelaskan darjat sahih, hasan dan dhaifnya. Mereka menjelaskan hadis yang mungkar, maudhu’, matruk dan yang makzub. Bahkan mereka memperkenalkan orang-orang yang membuat-buat hadis palsu, orang-orang yang dusta, orang yang tidak dikenal dan sebagainya, lengkap dengan kedudukan masing-masing.
Semua itu dimaksudkan untuk memelihara keutuhan hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, penutup para Rasul dan penghulu umat manusia, agar janganlah disandarkan kepada baginda suatu kedustaan atau suatu hadis yang pada hakikatnya baginda tidak pernah menyampaikannya. Semoga Allah melimpahkan keredhaan-Nya kepada mereka dan memberi mereka pahala yang memuaskan serta menjadikan syurga Firdaus tempat menetap mereka.[4]
Sikap menafi atau menokok tambah bukan sahaja terhadap asal usul syaitan tetapi juga terhadap ciri-cirinya. Ada pun Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, semua ciri-ciri syaitan diterima asalkan ia dikhabarkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih, sekali pun sebahagian darinya agak sukar untuk dicerna oleh logik akal. Ciri-ciri tersebut akan dikupas dalam bab seterusnya insya-Allah. Sebelum itu marilah kita mengkaji asal usul permusuhan syaitan kepada manusia.
[1] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2996 (Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq, Bab hadis-hadis yang pelbagai).
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Marduyah dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Jami’ al-Shagheir, hadis no: 1020.
[3] Kenyataan ini akan saya ulangi beberapa kali dalam buku ini kerana kelihatannya orang yang memberi perhatian kepada agama amat gemar untuk berfikir, bertanya dan menokok tambah sesuatu yang didiamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
[4] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (edisi terjemahan oleh Bahrun & Anwar Abu Bakar atas judul Tafsir Ibnu Kasir; Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003), jld. 15, ms. 533-534 (tafsir kepada ayat 50 surah al-Kahf).
1.Malaikat yang dicipta dari cahaya.
2.Jin yang dicipta dari api.
3.Manusia yang dicipta dari tanah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menerangkan tentang tiga jenis makhluk ini dalam sabda baginda:
خُلِقَتْ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ.
Diciptakan malaikat dari cahaya, diciptakan jin dari nyalaan api dan diciptakan Adam (manusia)
dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.[1]
Merujuk kepada tiga jenis makhluk di atas, yang penting untuk diketahui ialah bahan asas ciptaannya dan bukan bagaimana bahan tersebut berbentuk atau diadun. Ini kerana jika dihimpun semua ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih berkenaan asal usul malaikat, jin dan manusia, akan ditemui bahawa bahan-bahan tersebut dinyatakan dalam bentuk yang berbeza atau adunan yang berlainan.
Untuk jin umpamanya, dalam hadis di atas disebut bahawa ia dicipta dari nyalaan api. Akan tetapi dalam ayat 27 surah al-Hijr, disebut bahawa ia dicipta dari (نار السموم) “angin api yang amat panas”. Perbezaan ini sebenarnya saling melengkap dan memperinci antara satu sama lain. Yang penting untuk kita ketahui ialah bahan asas untuk ciptaan jin ialah api.
Di antara tiga makhluk ini, manusia dicipta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala selepas Dia mencipta malaikat dan jin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.
Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu dari angin api yang panasnya menyerap
ke liang bulu roma (نار السموم). Dan (ingatkanlah peristiwa)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia
dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:26-28]
Dalam ayat di atas, dinyatakan bahawa:
“Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu…”, menunjukkan bahawa jin dicipta sebelum manusia.
*
“…ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia…”, menunjukkan malaikat sudah sedia ada ketika Allah hendak mencipta manusia.
Setakat ini tidak ditemui nas yang sahih lagi jelas yang menerangkan antara malaikat dan jin, siapakah yang dicipta terlebih dahulu. Apabila Allah dan Rasul-Nya mendiamkan persoalan ini, bererti ia bukanlah sesuatu yang bermanfaat untuk kita memikirkannya atau mencari jawapanya.
Antara tiga makhluk tersebut, syaitan adalah dari jenis makhluk jin sebagaimana jelas Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat berikut:
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”; lalu mereka sujud melainkan iblis;
ia adalah berasal dari golongan jin.
[al-Kahf 18:50]
Dalam ayat yang lain diterangkan bahawa syaitan berasal dari api, menunjukkan mereka berasal dari jenis jin:
Allah berfirman: “Apakah penghalangnya yang menyekatmu
daripada sujud ketika Aku memerintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (wahai Tuhan)
jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.”
[al-A’raaf 7:12]
Ada pun iblis, maka ia adalah salah satu nama syaitan. Tidak ditemui petunjuk sahih apakah iblis ketua syaitan atau syaitan yang pertama. Sekali lagi, apabila Allah dan dan Rasul-Nya mendiamkan persoalan “Siapakah iblis?”, bererti ia adalah sesuatu yang tidak penting untuk kita mengetahuinya. Yang penting ialah kita mengetahui bahawa iblis adalah salah satu nama syaitan. Perkaitan antara iblis dan syaitan dapat dilihat pada ayat berikut, setelah iblis enggan sujud kepada Adam:
Allah berfirman (kepada iblis):
“Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah balasan kamu semua,
sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu)”.
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-Isra’ 17:63-64]
************
Beberapa Penjelasan Tambahan.
Pertama: Syaitan bukan dari jenis Malaikat.
Sebahagian orang keliru dengan mengatakan syaitan adalah dari jenis malaikat. Mereka merujuk kepada ayat-ayat dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintah para malaikat untuk sujud kepada Adam. Salah satu dari ayat tersebut:
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kepada Nabi Adam.”
Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan iblis;
ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir.
[al-Baqarah 2:34]
Berdasarkan ayat di atas dan lain-lain yang semaksud dengannya, mereka mendakwa iblis dan syaitan adalah dari jenis malaikat, maka kerana itulah ia dihukum kerana enggan sujud kepada Adam. Seandainya iblis dan syaitan bukan dari jenis malaikat, nescaya ia tidak akan dihukum kerana enggan sujud kepada Adam.
Kekeliruan ini dapat diluruskan dengan penjelasan bahawa dalam ayat 50 surah al-Kahf, sebagaimana yang dikemukakan di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahawa iblis adalah dari jenis jin. Bahkan dalam ayat 12 surah al-A’raaf, Allah telah menjelaskan pengakuan iblis bahawa ia dari api, bahan asas yang sama dengan asal usul jin.
Ada pun ayat 34 surah al-Baqarah dan yang semakna dengannya, perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang ditujukan kepada para malaikat tidaklah bererti iblis adalah dari jenis malaikat. Ini kerana dalam kaedah bahasa Arab, apabila wujud dua kumpulan di mana satunya besar dan satu lagi kecil jumlahnya, perintah kepada kumpulan yang besar merangkumi kumpulan yang kecil juga. Pada saat itu para malaikat membentuk kumpulan yang besar manakala para jin membentuk kumpulan yang kecil. Maka apabila perintah sujud kepada Nabi Adam ‘alahissalam diseru kepada para malaikat, ia merangkumi para jin juga.
Besarnya kumpulan malaikat, atau jumlah mereka, telah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai:
Langit menggeletar dan sudah sememangnya ia menggeletar.
Demi diri Muhammad yang berada di Tangan-Nya, tidak ada sejengkal ruang jua
(di langit) melainkan terdapatnya dahi malaikat yang sedang bersujud,
bertasbih kepada Allah dengan memuji-Nya.[2]
Iblis sedia mengetahui hal ini. Oleh itu apabila ditanyakan “Apakah penghalang yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku (Allah) perintahmu?”, iblis tidak menjawab “Aku tidak sujud kerana perintah hanya dituju kepada para malaikat manakala aku daripada para jin.” Sebaliknya iblis mengakui dia termasuk dalam perintah tersebut namun dia enggan sujud kerana merasakan dirinya lebih hebat. Perhatikan ayat berikut:
Kemudian Kami berfirman kepada malaikat-malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”, lalu mereka sujud melainkan iblis –
ia tidak termasuk dalam golongan yang sujud.
Allah berfirman: “Apakah penghalang yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku perintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam. Engkau (wahai Tuhan) jadikan daku dari api
sedang dia Engkau jadikan dari tanah.” [al-A’raaf 7:11-12]
Oleh itu iblis dan syaitan adalah dari jenis jin dan bukannya malaikat.
Kedua: Manhaj Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berkenaan makhluk ghaib.
Manusia terbahagi kepada tiga golongan apabila berbicara berkenaan syaitan:
1.
Mereka yang menafikannya, iaitu mereka yang berkata makhluk ghaib tidak wujud kerana tidak dapat dibuktikan oleh ilmu sains. Maka golongan ini menafikan kewujudan syaitan. Seterusnya mereka mendakwa bahawa yang wujud hanyalah kedudukan jiwa seseorang. Jika jiwanya mengarah kepada yang baik, maka itu adalah jiwa malaikat. Sebaliknya jika jiwanya mengarah kepada yang buruk, maka itu adalah jiwa syaitan. Maka syaitan hanyalah satu gelaran bagi manusia yang lazim berbuat jahat dan keburukan.
2.
Mereka yang menokok-tambahnya, iaitu mereka yang membuat-buat pelbagai cerita berkenaan makhluk ghaib sehingga membingungkan makhluk ghaib itu sendiri. Berkenaan asal-usul syaitan umpamanya, mereka membuat cerita bahawa iblis itu asalnya makhluk yang rajin beribadah selama ribuan tahun. Ada yang membuat cerita bahawa iblis ialah penjaga langit atau penjaga syurga. Banyak lagi cerita yang dibuat sehingga jika dihimpun semuanya, nescaya dapat menghasilkan sebuah buku yang tebal.
3.
Mereka yang berbicara tentangnya berdasarkan petunjuk wahyu, iaitu mereka yang menahan diri dari berbicara berkenaan makhluk ghaib kecuali terhadap apa yang dikhabarkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Perkhabaran tersebut diterima sebagaimana adanya tanpa ditambah, dikurang atau diubahsuai maksudnya.
Apa yang sudah dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih adalah mencukupi. Apa yang didiamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bererti ia adalah sesuatu yang tidak menambahkan iman, tidak menguatkan ketaqwaan, tidak menegakkan agama, tidak memajukan umat dan tidak memasukkan umat ke syurga. Lebih penting, ia tidak bermanfaat untuk manusia melawan pemusuhan syaitan kepadanya.
Golongan ketiga ini berada di pertengahan antara golongan yang menafikan dan golongan yang menokok tambah. Golongan ketiga inilah yang dimaksudkan sebagai Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.
Ada pun hujuh golongan pertama, maka dijawab bahawa tidak semua perkara yang wujud di alam ini dapat dibuktikan oleh ilmu sains. Tidak boleh menafikan sesuatu perkara semata-mata kerana ilmu kita belum menjangkaui perkara tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Bahkan mereka terburu-buru mendustakan perkara yang fahaman mereka tidak dapat meliputi
segala isi pengetahuannya. [Yunus 10:39]
Bahkan ilmu itu sendiri bersifat relatif, apa yang tidak diketahui hari ini mungkin diketahui pada hari esoknya. Jika 200 tahun yang lalu kita bertanya kepada para ahli sains tentang struktur DNA yang khas bagi setiap manusia, nescaya mereka menafikannya. Ini kerana struktur DNA dalam sel-sel manusia adalah sesuatu yang “ghaib” di sisi para ahli sains 200 tahun yang lalu. Akan tetapi pada masa kini ilmu berkenaan DNA telah menjadi sesuatu yang wujud, tetap lagi luas penggunaannya.
Maka apa yang ghaib di sisi ilmu sains tidak semestinya ghaib dari alam ini. Apatah lagi ilmu berkenaan yang ghaib tersebut dikhabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Manusia amat jauh dari menjangkauinya, maka bagaimana mungkin mereka menafikannya. Padahal ilmu Allah tidak terbanding dengan ilmu manusia:
Dan sekiranya segala pohon yang ada di bumi menjadi pena, dan segala lautan (menjadi tinta),
dengan dibantu kepadanya tujuh lautan lagi sesudah itu, nescaya tidak akan habis
Kalimah-kalimah (ilmu-ilmu) Allah itu ditulis.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. [Luqman 31:27]
Ada pun golongan kedua yang menokok tambah, sebahagian dari tokok tambah tersebut ada yang mereka ambil dari riwayat-riwayat yang tidak diketahui asal-usulnya. Sebahagian lagi mereka buat sendiri untuk menghebatkan cerita dan menarik perhatian orang. Semua ini sia-sia belaka kerana apa yang bermanfaat untuk diketahui oleh manusia berkenaan syaitan telah pun dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-nya. Ia boleh didapati dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Apa yang tidak dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bererti ia adalah sesuatu yang tidak bermanfaat langsung dari sudut apa jua.[3]
Merujuk kepada riwayat-riwayat yang tidak diketahui asal-usulnya, sebahagian darinya boleh didapati dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an. Akan tetapi tujuan riwayat-riwayat itu dikemukakan oleh para pengarangnya bukanlah untuk dijadikan hujah, tetapi sekadar untuk menerangkan kebatilannya. Antara tokoh yang mengemukakan riwayat-riwayat itu ialah Imam Ibn Katsir rahimahullah (774H). Setelah mengemukakan riwayat-riwayat itu, beliau mengkritiknya dengan berkata:
Sehubungan dengan masalah iblis ini, banyak sekali perkataan-perkataan yang diriwayatkan dari ulama’ Salaf tetapi kebanyakannya bersumber dari nukilan-nukilan Israiliyat (kisah-kisah umat Bani Israil dan Nasrani). Hanya Allah sahajalah yang mengetahui kenyataan dari kebenaran sebahagian besarnya. Di antara berita Israiliyat itu dipastikan kedustaannya kerana bertentangan dengan pegangan yang ada pada kita. Keterangan yang terdapat di dalam al-Qur’an sudah cukup tanpa memerlukan lagi berita-berita terdahulu dari kaum Bani Israil kerana sesungguhnya berita-berita itu tidak terlepas dari penggantian, penambahan dan pengurangan.
Mereka telah menuangkan banyak hal lain ke dalam berita-berita itu, sedangkan di kalangan mereka (Bani Israil), tidak terdapat para penghafal yang benar-benar ahli, yang dengan hafalannya itu mereka dapat terhindar dari penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang berlebihan dan kepalsuan yang dilakukan orang-orang yang batil.
Lain halnya dengan apa yang dilakukan umat ini (Islam), mereka memiliki para imam, para ulama’, para pemimpin, orang-orang yang bertaqwa, berbakti dan yang pandai dari kalangan para cendekiawan yang tajam lagi mempunyai hafalan yang dapat diiktiraf. Mereka telah menghimpun dan mencatat hadis-hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menjelaskan darjat sahih, hasan dan dhaifnya. Mereka menjelaskan hadis yang mungkar, maudhu’, matruk dan yang makzub. Bahkan mereka memperkenalkan orang-orang yang membuat-buat hadis palsu, orang-orang yang dusta, orang yang tidak dikenal dan sebagainya, lengkap dengan kedudukan masing-masing.
Semua itu dimaksudkan untuk memelihara keutuhan hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, penutup para Rasul dan penghulu umat manusia, agar janganlah disandarkan kepada baginda suatu kedustaan atau suatu hadis yang pada hakikatnya baginda tidak pernah menyampaikannya. Semoga Allah melimpahkan keredhaan-Nya kepada mereka dan memberi mereka pahala yang memuaskan serta menjadikan syurga Firdaus tempat menetap mereka.[4]
Sikap menafi atau menokok tambah bukan sahaja terhadap asal usul syaitan tetapi juga terhadap ciri-cirinya. Ada pun Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, semua ciri-ciri syaitan diterima asalkan ia dikhabarkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih, sekali pun sebahagian darinya agak sukar untuk dicerna oleh logik akal. Ciri-ciri tersebut akan dikupas dalam bab seterusnya insya-Allah. Sebelum itu marilah kita mengkaji asal usul permusuhan syaitan kepada manusia.
[1] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2996 (Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq, Bab hadis-hadis yang pelbagai).
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Marduyah dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Jami’ al-Shagheir, hadis no: 1020.
[3] Kenyataan ini akan saya ulangi beberapa kali dalam buku ini kerana kelihatannya orang yang memberi perhatian kepada agama amat gemar untuk berfikir, bertanya dan menokok tambah sesuatu yang didiamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
[4] Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (edisi terjemahan oleh Bahrun & Anwar Abu Bakar atas judul Tafsir Ibnu Kasir; Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003), jld. 15, ms. 533-534 (tafsir kepada ayat 50 surah al-Kahf).
BAB KEDUA: ASAL USUL PERMUSUHAN SYAITAN KEPADA MANUSIA.
Pada mulanya syaitan sudah sedia dicipta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini kerana syaitan adalah dari jenis jin dan makhluk jin pula telah sedia ada sebelum Adam ‘alaihi salam dicipta oleh Allah. Kemudian Allah mencipta manusia:
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:28]
Setelah mencipta manusia, Allah memerintahkan para penghuni langit yang terdiri daripada para malaikat dan jin untuk sujud kepada Adam. Termasuk dari kalangan para penghuni langit ialah iblis. Akan tetapi memandangkan penghuni langit majoritinya ialah malaikat, maka mencukupi perintah sujud ditujukan kepada para malaikat sahaja. Maka bersujudlah para penghuni langit semuanya kecuali iblis:
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kepada Nabi Adam.”
Lalu mereka sekaliannya sujud melainkan Iblis; ia enggan dan takbur dan menjadilah ia
dari golongan yang kafir. [al-Baqarah 2:34]
Mengapakah iblis enggan sujud? Dalam ayat 34 surah al-Baqarah di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa sebab iblis enggan sujud ialah takbur. Apakah yang dimaksudkan dengan sikap takbur? Allah menjelaskannya dalam beberapa ayat lain. Para pembaca sekalian hendaklah memberi perhatian kepada penjelasan ini kerana mungkin sebahagian darinya ada pada diri kita sendiri tanpa disedari.
*
Takbur ialah sikap ujub.
Ujub ialah sikap yang merasa diri sendiri lebih hebat, lebih canggih dan lebih baik dari yang selainnya. Sikap inilah yang dimiliki oleh iblis sebagaimana ayat berikut:
Allah berfirman: “Apakah penghalangnya yang menyekatmu
daripada sujud ketika Aku perintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (wahai Tuhan)
jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.”
[al-A’raaf 7:12]
*
Takbur ialah sikap menghina orang lain.
Salah satu maksud takbur yang ada pada iblis ialah sikap menghina, sebagaimana dia menghina bahan-bahan yang menjadi asas penciptaan manusia:
Allah berfirman: “Hai Iblis, apa sebabnya engkau tidak turut
bersama mereka yang sujud itu?”
Iblis menjawab: “Aku tidak patut sujud kepada manusia yang
Engkau jadikan dia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:33]
*
Takbur ialah mengunggulkan akal (logik) di atas perintah Allah.
Apabila diperintah untuk sujud kepada manusia, semua penghuni langit sujud kecuali iblis. Oleh kerana sikap takbur yang ada pada dirinya, ia merasakan tidak perlu segera taat kepada perintah Allah. Sebaliknya hendaklah dinilai terlebih dahulu adakah perintah tersebut logik atau tidak.
Setelah dinilai, iblis mendapati perintah tersebut adalah tidak logik kerana api dan tanah tidak berada pada kedudukan yang sama. Antara keduanya, tentu api lebih mulia dari tanah. Justeru takkanlah sesuatu yang dicipta dari api perlu sujud kepada sesuatu yang dicipta dari tanah?
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka sujudlah melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
[al-Isra’ 17:61]
*
Takbur ialah mempersoal perintah larangan Allah.
Setelah menilai bahawa perintah sujud kepada manusia adalah tidak logik, iblis bukan sahaja enggan sujud tetapi memberanikan diri menyoal Allah akan perintah-Nya! Perhatikan sikap iblis ini yang Allah ungkapkan dalam al-Qur’an:
Iblis berkata lagi (kepada Allah): “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
[al-Isra’ 17:62]
Demikian empat sikap takbur yang dimiliki oleh iblis yang menyebabkan ia dihalau keluar dari langit:
Allah berfirman: “Turunlah engkau dari (langit) ini,
kerana tidak patut engkau berlaku takbur di dalamnya;
oleh sebab itu keluarlah, sesungguhnya engkau dari golongan yang hina.”
[al-A’raaf 7:13]
Hendaklah kita sentiasa berwaspada terhadap empat sikap takbur yang dimiliki oleh iblis, iaitu ujub, menghina, mengunggulkan logik atas wahyu dan mempersoalkan wahyu. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan sikap-sikap tersebut tidak lain agar kita mengambil iktibar darinya dan menghindari diri daripada bersikap dengannya. Hendaklah kita memiliki sikap rendah diri, memuliakan orang lain, tunduk kepada wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah) serta tidak mempersoalkannya.
Merujuk kepada penggunaan akal dan logik oleh iblis, maka manusia terbahagi kepada dua sikap yang ekstrim:
· Ekstrim Pertama adalah mereka yang mengunggulkan akal di atas wahyu sehingga mereka sentiasa tetap menilai sama ada sesuatu ayat al-Qur’an dan/atau al-Sunnah yang sahih adalah logik atau tidak. Jika logik mereka beriman kepadanya, jika tidak mereka kufur terhadapnya.[1]
· Ekstrim Kedua adalah mereka yang menafikan peranan akal terhadap wahyu sehingga mereka membiarkan al-Qur’an dan/atau al-Sunnah yang sahih sebagai huruf-huruf yang tercatit di atas lembaran-lembaran. Mereka tidak berusaha untuk memahaminya, melaksanakannya dan tidak berijtihad dalam persoalan yang dibolehkan oleh wahyu untuk diijtihadkan.
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berada di pertengahan di antara dua ekstrim di atas. Di sisi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, akal ialah sesuatu yang bermanfaat jika ia digunakan sesuai dengan peranannya. Ini kerana orang yang berakal cemerlang ialah mereka yang tahu mendudukkan akal pada peranan yang dengan itu ia diciptakan. Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah tidak mengunggulkan akal di atas wahyu dan pada waktu yang sama tidak menafikan peranan akal di dalam wahyu. Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berada di pertengahan, iaitu akal digunakan untuk memahami wahyu, berfikir cara untuk melaksanakan wahyu dan berijtihad dalam persoalan yang dibolehkan oleh wahyu untuk diijtihadkan.
Permusuhan iblis kepada manusia tidak berhenti dengan sikap takburnya, tetapi dilanjutkannya dengan permusuhan yang berkekalan sehingga Hari Kiamat. Setelah enggan sujud kepada manusia, iblis bertekad:
Iblis berkata: “Berilah tempoh kepadaku hingga hari mereka dibangkitkan (Hari Kiamat).”
[al-A’raaf 7:14]
Dalam tempoh tersebut, iblis secara khusus dan syaitan secara umum, berjanji akan bertungkus lumus mengganggu manusia dengan objektif utamanya:
*
Agar manusia menjadi sesat:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Iblis berkata): Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan menyesatkan zuriat keturunannya (manusia),
kecuali sedikit (di antaranya).
[al-Isra’ 17:62]
*
Agar manusia menjadi kafir:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Demikian) itu samalah seperti (sikap) syaitan ketika ia berkata kepada manusia:
“Berlaku kufurlah engkau!”
[al-Hasyr 59:16]
*
Agar manusia syirik kepada Allah:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkhutbah:
أَلاَ إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي
هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ
كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ
مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا .
Ketahuilah! Sesungguhnya Tuhanku menyuruhku untuk mengajar kalian
apa yang kalian tidak tahu dan Allah telah mengajarku pada hari ini,
iaitu setiap harta yang Aku (Allah) berikan kepada seseorang hamba
adalah halal dan sesungguhnya Aku mencipta hamba-hamba-Ku
semuanya dalam keadaan (fitrah yang) cenderung kepada agama yang lurus (Islam).
Akan tetapi syaitan-syaitan mendatangi mereka dan memalingkan mereka
dari agama mereka (Islam) dan mengharamkan ke atas mereka
apa yang Aku halalkan bagi mereka.
Dan syaitan-syaitan itu menyuruh mereka mempersekutukan Aku
dengan apa yang tidak Aku berikan keizinan kepada mereka.[2]
*
Agar manusia memasuki neraka:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi kamu,
maka jadikanlah ia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya);
sebenarnya ia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.
[Fatir 35:06]
Dalam ayat keenam surah Fatir di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahawa syaitan adalah musuh kita dan dengan itu Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya sebagai musuh juga. Untuk menjadikan syaitan sebagai musuh, kita perlu mengetahui ciri-cirinya agar dengan itu kita dapat mengetahui sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak. Ciri-ciri ini akan kita dedahkan dalam bab seterusnya insya-Allah.
************
Penjelasan Tambahan: Sebab sebenar syaitan menjadi sesat.
Dalam penjelasan di atas, kita mengetahui bahawa iblis enggan sujud kepada Adam kerana sikap takbur yang dimilikinya. Seterusnya kita juga telah memperincikan apa yang dimaksudkan dengan sikap takbur tersebut.
Akan tetapi dalam ayat 39 surah al-Hijr, iblis berkata bahawa yang sebenarnya menyebabkan dia tersesat ialah Allah dan bukannya sikap takbur. Perhatikan perkataan iblis di akhir ayat berikut:
Allah berfirman: “Hai Iblis, apa sebabnya engkau tidak turut
bersama mereka yang sujud itu?”
Iblis menjawab: “Aku tidak patut sujud kepada manusia
yang Engkau jadikan dia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
Allah berfirman: “Kalau demikian, keluarlah engkau daripadanya,
kerana sesungguhnya engkau dari sekarang
ke masa depan adalah (satu makhluk yang) diusir.
Dan sesungguhnya engkau ditimpa laknat terus-menerus
hingga ke Hari Kiamat.”
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Jika demikian,
berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangitkan (Hari Kiamat).”
Allah berfirman: “Dengan permohonanmu itu,
maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh.
Hingga ke hari - masa yang termaklum.”
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat,
(maka) demi sesungguhnya aku akan memperindahkan
(segala jenis kemungkaran) kepada Adam dan zuriatnya
di dunia ini dan aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
[al-Hijr 15:32-39]
Dalam perenggan terakhir di atas, iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…”, seolah-olah iblis menyandarkan segala kesalahannya dari awal (enggan sujud) hinggalah yang terkini (diusir dari langit) berpunca dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemudian, perkataan iblis itu tidak pula dibantah oleh Allah.
Tanpa adanya bantahan dari Allah, apakah dengan itu perkataan iblis adalah benar dan ia bukan tuduhan semata-mata? Adakah sememangnya Allah yang sengaja menjadikan iblis takbur dan sesat sehingga diusir dari langit?
Persoalan ini dijawab bahawa kesalahan iblis secara keseluruhannya berpunca dari dirinya sendiri. Kesalahan tersebut bermula dari iblis yang memilih untuk bersikap takbur sehingga melawan perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Atas pilihan iblis inilah Allah menyesatkannya. Ini kerana merupakan peraturan Allah (sunnatullah) bahawa sesiapa yang memilih untuk berpaling, melawan atau membantah dari perintah-Nya, maka Allah akan memaling orang tersebut dari hidayah-Nya sehingga menjadilah dia orang yang sesat. Ayat berikut menjadi rujukan:
Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran yang mereka sedia mengetahuinya),
Allah memalingkan hati mereka (dari mendapat hidayah);
dan sememangnya Allah tidak memberi hidayah
kepada kaum yang fasik - derhaka.
[al-Saf 61:05]
Peraturan ini tidak saja berlaku terhadap perintah Allah tetapi juga berlaku kepada orang yang memilih untuk berpaling, melawan atau membantah perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya
kebenaran petunjuk (yang dibawanya), dan dia pula mengikut jalan yang lain
dari jalan orang-orang yang beriman,
Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya.
[al-Nisa 4:115]
Maka apabila iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…”, ia merujuk kepada tindakan Allah yang memalingkan iblis dari hidayah-Nya, mengusir iblis dari langit dan melaknatnya terus menerus hingga Hari Kiamat. Akan tetapi semua ini berlaku bukan kerana Allah tetapi kerana sikap iblis sendiri yang pada awalnya menentang perintah Allah.
Perkataan iblis “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…” tidak dibantah oleh Allah kerana merupakan peraturan-Nya bahawa sesiapa yang melawan perintah-Nya, Allah akan menjadikan orang tersebut sesat.
Apa yang berlaku kepada iblis hendaklah dijadikan iktibar yang penting oleh kita semua. Apabila sampai ke pengetahuan kita “Firman Allah” atau “Sabda Rasulullah”, hendaklah serta merta merendahkan diri dan taat kepadanya. Jangan berpaling, melawan atau membantahnya kerana mungkin sahaja Allah akan memaling hati kita dari hidayah-Nya sehingga menjadilah kita dari kalangan orang-orang yang sesat.
Mutakhir ini telah menjadi satu kelaziman orang yang apabila sampai ke pengetahuannya sesuatu ayat al-Qur’an atau hadis Rasulullah yang tidak selari dengan logiknya, mazhabnya, ajaran tok gurunya atau amalan kebiasaannya, dia berpaling, melawan dan membantah dengan alasan-alasan yang tidak munasabah.
Ada yang cuba berdalih dengan menyalah-gunakan kaedah-kaedah usul fiqh, konon ayat tersebut terbatas kepada Asbab al-Nuzulnya (sebab-sebab turunnya), hadis tersebut terbatas kepada Asbab al-Wurudnya (sebab-sebab lahirnya), konon ‘illat (sebab) di sebalik perintah larangan ayat atau hadis itu telah hilang pada masa kini dan konon yang penting ialah tujuan syari‘at (maqasid) dan bukannya firman Allah mahu pun sabda Rasulullah.
Semua ini adalah sesuatu yang amat merbahaya kepada orang itu sendiri kerana mungkin sahaja dengan sikap sedemikian, Allah akan memalingkan hatinya dari hidayah-Nya sehingga menjadilah dia dari kalangan orang-orang yang sesat.
Sebaliknya orang yang apabila sampai ke pengetahuannya sesuatu ayat al-Qur’an atau hadis Rasulullah lalu dia terus berpegang dengannya, Allah menambahinya dengan hidayah-Nya. Oleh kerana itulah, anda akan mendapati orang yang pada awalnya hanya berpegang kepada beberapa ayat al-Qur’an yang ditemuinya, Allah menambahinya dengan puluhan lagi ayat al-Qur’an. Orang yang pada awalnya hanya berpegang kepada beberapa hadis yang ditemuinya, Allah menambahinya dengan puluhan lagi hadis. Sehingga akhirnya menjadilah orang tersebut pakar al-Qur’an dan hadis sekali pun dia baru mengenal agama dalam masa yang singkat.
Al-Qur’an dan hadis yang sahih merupakan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan merupakan peraturan-Nya (sunnatullah) bahawa sesiapa yang akur menerima hidayah tersebut, Allah akan menambahinya dengan hidayah demi hidayah:
Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima hidayah), Allah menambahi mereka dengan hidayah,
serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.
[Muhammad 47:17]
Dan Allah akan menambahi hidayah bagi orang-orang yang menurut jalan hidayah;
dan amal-amal yang baik yang tetap kekal faedah-faedahnya itu,
lebih baik balasan pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.
[Maryam 19:76]
[1] Mereka yang bersikap seperti ini lazimnya berhujah dengan beberapa ayat al-Qur’an yang menyuruh manusia berfikir. Padahal jika dikaji dengan cermat ayat-ayat tersebut, akan diketahui bahawa:
1.
Manusia disuruh berfikir, bahawa di sebalik pelbagai benda dan hidupan yang ada di alam ini, sudah tentu ada yang menciptanya. Fikirannya akan berbisik: “Mustahil semua ini berlaku secara kebetulan.” Maka dengan fikirannya, dia akan beriman kepada kewujudan pencipta dan pencipta itu tidak lain ialah yang sejak awal menyuruh dia berfikir, iaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2.
Manusia yang sudah mengenal Penciptanya, iaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala, juga disuruh berfikir, bahawa akalnya memang bijak tetapi sudah tentu yang menciptakan akal itu jauh lebih bijak. Fikirannya berbisik: “Jika akal aku bijak, hendaklah ia tunduk mengikuti wahyu dan bukan menentangnya.” Maka dengan fikirannya, dia akan beriman kepada apa jua khabar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada pun orang yang menafikan wahyu atas alasan berfikir, maka dia sebenarnya telah menyalahgunakan pemikirannya. Bahkan dia sebenarnya belum menggunakan pemikirannya ke tahap kematangan yang maksimum.
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2865 (Kitab al-Jannah wa Shifati…, Bab sifat-sifat yang dapat dikenali dengannya di dunia akan ahli syurga dan ahli neraka).
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:28]
Setelah mencipta manusia, Allah memerintahkan para penghuni langit yang terdiri daripada para malaikat dan jin untuk sujud kepada Adam. Termasuk dari kalangan para penghuni langit ialah iblis. Akan tetapi memandangkan penghuni langit majoritinya ialah malaikat, maka mencukupi perintah sujud ditujukan kepada para malaikat sahaja. Maka bersujudlah para penghuni langit semuanya kecuali iblis:
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kepada Nabi Adam.”
Lalu mereka sekaliannya sujud melainkan Iblis; ia enggan dan takbur dan menjadilah ia
dari golongan yang kafir. [al-Baqarah 2:34]
Mengapakah iblis enggan sujud? Dalam ayat 34 surah al-Baqarah di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa sebab iblis enggan sujud ialah takbur. Apakah yang dimaksudkan dengan sikap takbur? Allah menjelaskannya dalam beberapa ayat lain. Para pembaca sekalian hendaklah memberi perhatian kepada penjelasan ini kerana mungkin sebahagian darinya ada pada diri kita sendiri tanpa disedari.
*
Takbur ialah sikap ujub.
Ujub ialah sikap yang merasa diri sendiri lebih hebat, lebih canggih dan lebih baik dari yang selainnya. Sikap inilah yang dimiliki oleh iblis sebagaimana ayat berikut:
Allah berfirman: “Apakah penghalangnya yang menyekatmu
daripada sujud ketika Aku perintahmu?”
Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (wahai Tuhan)
jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah.”
[al-A’raaf 7:12]
*
Takbur ialah sikap menghina orang lain.
Salah satu maksud takbur yang ada pada iblis ialah sikap menghina, sebagaimana dia menghina bahan-bahan yang menjadi asas penciptaan manusia:
Allah berfirman: “Hai Iblis, apa sebabnya engkau tidak turut
bersama mereka yang sujud itu?”
Iblis menjawab: “Aku tidak patut sujud kepada manusia yang
Engkau jadikan dia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
[al-Hijr 15:33]
*
Takbur ialah mengunggulkan akal (logik) di atas perintah Allah.
Apabila diperintah untuk sujud kepada manusia, semua penghuni langit sujud kecuali iblis. Oleh kerana sikap takbur yang ada pada dirinya, ia merasakan tidak perlu segera taat kepada perintah Allah. Sebaliknya hendaklah dinilai terlebih dahulu adakah perintah tersebut logik atau tidak.
Setelah dinilai, iblis mendapati perintah tersebut adalah tidak logik kerana api dan tanah tidak berada pada kedudukan yang sama. Antara keduanya, tentu api lebih mulia dari tanah. Justeru takkanlah sesuatu yang dicipta dari api perlu sujud kepada sesuatu yang dicipta dari tanah?
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka sujudlah melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
[al-Isra’ 17:61]
*
Takbur ialah mempersoal perintah larangan Allah.
Setelah menilai bahawa perintah sujud kepada manusia adalah tidak logik, iblis bukan sahaja enggan sujud tetapi memberanikan diri menyoal Allah akan perintah-Nya! Perhatikan sikap iblis ini yang Allah ungkapkan dalam al-Qur’an:
Iblis berkata lagi (kepada Allah): “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
[al-Isra’ 17:62]
Demikian empat sikap takbur yang dimiliki oleh iblis yang menyebabkan ia dihalau keluar dari langit:
Allah berfirman: “Turunlah engkau dari (langit) ini,
kerana tidak patut engkau berlaku takbur di dalamnya;
oleh sebab itu keluarlah, sesungguhnya engkau dari golongan yang hina.”
[al-A’raaf 7:13]
Hendaklah kita sentiasa berwaspada terhadap empat sikap takbur yang dimiliki oleh iblis, iaitu ujub, menghina, mengunggulkan logik atas wahyu dan mempersoalkan wahyu. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan sikap-sikap tersebut tidak lain agar kita mengambil iktibar darinya dan menghindari diri daripada bersikap dengannya. Hendaklah kita memiliki sikap rendah diri, memuliakan orang lain, tunduk kepada wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah) serta tidak mempersoalkannya.
Merujuk kepada penggunaan akal dan logik oleh iblis, maka manusia terbahagi kepada dua sikap yang ekstrim:
· Ekstrim Pertama adalah mereka yang mengunggulkan akal di atas wahyu sehingga mereka sentiasa tetap menilai sama ada sesuatu ayat al-Qur’an dan/atau al-Sunnah yang sahih adalah logik atau tidak. Jika logik mereka beriman kepadanya, jika tidak mereka kufur terhadapnya.[1]
· Ekstrim Kedua adalah mereka yang menafikan peranan akal terhadap wahyu sehingga mereka membiarkan al-Qur’an dan/atau al-Sunnah yang sahih sebagai huruf-huruf yang tercatit di atas lembaran-lembaran. Mereka tidak berusaha untuk memahaminya, melaksanakannya dan tidak berijtihad dalam persoalan yang dibolehkan oleh wahyu untuk diijtihadkan.
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berada di pertengahan di antara dua ekstrim di atas. Di sisi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, akal ialah sesuatu yang bermanfaat jika ia digunakan sesuai dengan peranannya. Ini kerana orang yang berakal cemerlang ialah mereka yang tahu mendudukkan akal pada peranan yang dengan itu ia diciptakan. Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah tidak mengunggulkan akal di atas wahyu dan pada waktu yang sama tidak menafikan peranan akal di dalam wahyu. Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah berada di pertengahan, iaitu akal digunakan untuk memahami wahyu, berfikir cara untuk melaksanakan wahyu dan berijtihad dalam persoalan yang dibolehkan oleh wahyu untuk diijtihadkan.
Permusuhan iblis kepada manusia tidak berhenti dengan sikap takburnya, tetapi dilanjutkannya dengan permusuhan yang berkekalan sehingga Hari Kiamat. Setelah enggan sujud kepada manusia, iblis bertekad:
Iblis berkata: “Berilah tempoh kepadaku hingga hari mereka dibangkitkan (Hari Kiamat).”
[al-A’raaf 7:14]
Dalam tempoh tersebut, iblis secara khusus dan syaitan secara umum, berjanji akan bertungkus lumus mengganggu manusia dengan objektif utamanya:
*
Agar manusia menjadi sesat:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Iblis berkata): Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan menyesatkan zuriat keturunannya (manusia),
kecuali sedikit (di antaranya).
[al-Isra’ 17:62]
*
Agar manusia menjadi kafir:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Demikian) itu samalah seperti (sikap) syaitan ketika ia berkata kepada manusia:
“Berlaku kufurlah engkau!”
[al-Hasyr 59:16]
*
Agar manusia syirik kepada Allah:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkhutbah:
أَلاَ إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي
هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ
كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ
مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا .
Ketahuilah! Sesungguhnya Tuhanku menyuruhku untuk mengajar kalian
apa yang kalian tidak tahu dan Allah telah mengajarku pada hari ini,
iaitu setiap harta yang Aku (Allah) berikan kepada seseorang hamba
adalah halal dan sesungguhnya Aku mencipta hamba-hamba-Ku
semuanya dalam keadaan (fitrah yang) cenderung kepada agama yang lurus (Islam).
Akan tetapi syaitan-syaitan mendatangi mereka dan memalingkan mereka
dari agama mereka (Islam) dan mengharamkan ke atas mereka
apa yang Aku halalkan bagi mereka.
Dan syaitan-syaitan itu menyuruh mereka mempersekutukan Aku
dengan apa yang tidak Aku berikan keizinan kepada mereka.[2]
*
Agar manusia memasuki neraka:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi kamu,
maka jadikanlah ia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya);
sebenarnya ia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.
[Fatir 35:06]
Dalam ayat keenam surah Fatir di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahawa syaitan adalah musuh kita dan dengan itu Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya sebagai musuh juga. Untuk menjadikan syaitan sebagai musuh, kita perlu mengetahui ciri-cirinya agar dengan itu kita dapat mengetahui sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak. Ciri-ciri ini akan kita dedahkan dalam bab seterusnya insya-Allah.
************
Penjelasan Tambahan: Sebab sebenar syaitan menjadi sesat.
Dalam penjelasan di atas, kita mengetahui bahawa iblis enggan sujud kepada Adam kerana sikap takbur yang dimilikinya. Seterusnya kita juga telah memperincikan apa yang dimaksudkan dengan sikap takbur tersebut.
Akan tetapi dalam ayat 39 surah al-Hijr, iblis berkata bahawa yang sebenarnya menyebabkan dia tersesat ialah Allah dan bukannya sikap takbur. Perhatikan perkataan iblis di akhir ayat berikut:
Allah berfirman: “Hai Iblis, apa sebabnya engkau tidak turut
bersama mereka yang sujud itu?”
Iblis menjawab: “Aku tidak patut sujud kepada manusia
yang Engkau jadikan dia dari tanah liat yang kering,
yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya.”
Allah berfirman: “Kalau demikian, keluarlah engkau daripadanya,
kerana sesungguhnya engkau dari sekarang
ke masa depan adalah (satu makhluk yang) diusir.
Dan sesungguhnya engkau ditimpa laknat terus-menerus
hingga ke Hari Kiamat.”
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Jika demikian,
berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangitkan (Hari Kiamat).”
Allah berfirman: “Dengan permohonanmu itu,
maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh.
Hingga ke hari - masa yang termaklum.”
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat,
(maka) demi sesungguhnya aku akan memperindahkan
(segala jenis kemungkaran) kepada Adam dan zuriatnya
di dunia ini dan aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
[al-Hijr 15:32-39]
Dalam perenggan terakhir di atas, iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…”, seolah-olah iblis menyandarkan segala kesalahannya dari awal (enggan sujud) hinggalah yang terkini (diusir dari langit) berpunca dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemudian, perkataan iblis itu tidak pula dibantah oleh Allah.
Tanpa adanya bantahan dari Allah, apakah dengan itu perkataan iblis adalah benar dan ia bukan tuduhan semata-mata? Adakah sememangnya Allah yang sengaja menjadikan iblis takbur dan sesat sehingga diusir dari langit?
Persoalan ini dijawab bahawa kesalahan iblis secara keseluruhannya berpunca dari dirinya sendiri. Kesalahan tersebut bermula dari iblis yang memilih untuk bersikap takbur sehingga melawan perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Atas pilihan iblis inilah Allah menyesatkannya. Ini kerana merupakan peraturan Allah (sunnatullah) bahawa sesiapa yang memilih untuk berpaling, melawan atau membantah dari perintah-Nya, maka Allah akan memaling orang tersebut dari hidayah-Nya sehingga menjadilah dia orang yang sesat. Ayat berikut menjadi rujukan:
Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran yang mereka sedia mengetahuinya),
Allah memalingkan hati mereka (dari mendapat hidayah);
dan sememangnya Allah tidak memberi hidayah
kepada kaum yang fasik - derhaka.
[al-Saf 61:05]
Peraturan ini tidak saja berlaku terhadap perintah Allah tetapi juga berlaku kepada orang yang memilih untuk berpaling, melawan atau membantah perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya
kebenaran petunjuk (yang dibawanya), dan dia pula mengikut jalan yang lain
dari jalan orang-orang yang beriman,
Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya.
[al-Nisa 4:115]
Maka apabila iblis berkata: “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…”, ia merujuk kepada tindakan Allah yang memalingkan iblis dari hidayah-Nya, mengusir iblis dari langit dan melaknatnya terus menerus hingga Hari Kiamat. Akan tetapi semua ini berlaku bukan kerana Allah tetapi kerana sikap iblis sendiri yang pada awalnya menentang perintah Allah.
Perkataan iblis “Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat…” tidak dibantah oleh Allah kerana merupakan peraturan-Nya bahawa sesiapa yang melawan perintah-Nya, Allah akan menjadikan orang tersebut sesat.
Apa yang berlaku kepada iblis hendaklah dijadikan iktibar yang penting oleh kita semua. Apabila sampai ke pengetahuan kita “Firman Allah” atau “Sabda Rasulullah”, hendaklah serta merta merendahkan diri dan taat kepadanya. Jangan berpaling, melawan atau membantahnya kerana mungkin sahaja Allah akan memaling hati kita dari hidayah-Nya sehingga menjadilah kita dari kalangan orang-orang yang sesat.
Mutakhir ini telah menjadi satu kelaziman orang yang apabila sampai ke pengetahuannya sesuatu ayat al-Qur’an atau hadis Rasulullah yang tidak selari dengan logiknya, mazhabnya, ajaran tok gurunya atau amalan kebiasaannya, dia berpaling, melawan dan membantah dengan alasan-alasan yang tidak munasabah.
Ada yang cuba berdalih dengan menyalah-gunakan kaedah-kaedah usul fiqh, konon ayat tersebut terbatas kepada Asbab al-Nuzulnya (sebab-sebab turunnya), hadis tersebut terbatas kepada Asbab al-Wurudnya (sebab-sebab lahirnya), konon ‘illat (sebab) di sebalik perintah larangan ayat atau hadis itu telah hilang pada masa kini dan konon yang penting ialah tujuan syari‘at (maqasid) dan bukannya firman Allah mahu pun sabda Rasulullah.
Semua ini adalah sesuatu yang amat merbahaya kepada orang itu sendiri kerana mungkin sahaja dengan sikap sedemikian, Allah akan memalingkan hatinya dari hidayah-Nya sehingga menjadilah dia dari kalangan orang-orang yang sesat.
Sebaliknya orang yang apabila sampai ke pengetahuannya sesuatu ayat al-Qur’an atau hadis Rasulullah lalu dia terus berpegang dengannya, Allah menambahinya dengan hidayah-Nya. Oleh kerana itulah, anda akan mendapati orang yang pada awalnya hanya berpegang kepada beberapa ayat al-Qur’an yang ditemuinya, Allah menambahinya dengan puluhan lagi ayat al-Qur’an. Orang yang pada awalnya hanya berpegang kepada beberapa hadis yang ditemuinya, Allah menambahinya dengan puluhan lagi hadis. Sehingga akhirnya menjadilah orang tersebut pakar al-Qur’an dan hadis sekali pun dia baru mengenal agama dalam masa yang singkat.
Al-Qur’an dan hadis yang sahih merupakan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan merupakan peraturan-Nya (sunnatullah) bahawa sesiapa yang akur menerima hidayah tersebut, Allah akan menambahinya dengan hidayah demi hidayah:
Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima hidayah), Allah menambahi mereka dengan hidayah,
serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.
[Muhammad 47:17]
Dan Allah akan menambahi hidayah bagi orang-orang yang menurut jalan hidayah;
dan amal-amal yang baik yang tetap kekal faedah-faedahnya itu,
lebih baik balasan pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.
[Maryam 19:76]
[1] Mereka yang bersikap seperti ini lazimnya berhujah dengan beberapa ayat al-Qur’an yang menyuruh manusia berfikir. Padahal jika dikaji dengan cermat ayat-ayat tersebut, akan diketahui bahawa:
1.
Manusia disuruh berfikir, bahawa di sebalik pelbagai benda dan hidupan yang ada di alam ini, sudah tentu ada yang menciptanya. Fikirannya akan berbisik: “Mustahil semua ini berlaku secara kebetulan.” Maka dengan fikirannya, dia akan beriman kepada kewujudan pencipta dan pencipta itu tidak lain ialah yang sejak awal menyuruh dia berfikir, iaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2.
Manusia yang sudah mengenal Penciptanya, iaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala, juga disuruh berfikir, bahawa akalnya memang bijak tetapi sudah tentu yang menciptakan akal itu jauh lebih bijak. Fikirannya berbisik: “Jika akal aku bijak, hendaklah ia tunduk mengikuti wahyu dan bukan menentangnya.” Maka dengan fikirannya, dia akan beriman kepada apa jua khabar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada pun orang yang menafikan wahyu atas alasan berfikir, maka dia sebenarnya telah menyalahgunakan pemikirannya. Bahkan dia sebenarnya belum menggunakan pemikirannya ke tahap kematangan yang maksimum.
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2865 (Kitab al-Jannah wa Shifati…, Bab sifat-sifat yang dapat dikenali dengannya di dunia akan ahli syurga dan ahli neraka).
BAB KETIGA: CIRI-CIRI SYAITAN.
Terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis sahih yang menerangkan ciri-ciri syaitan. Semua ini didedahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kebaikan kita kerana dengan pengetahuan akan ciri-ciri syaitan, kita akan dapat mengetahui apa sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak.[1]
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis sahih yang menerangkan ciri-ciri syaitan. Semua ini didedahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kebaikan kita kerana dengan pengetahuan akan ciri-ciri syaitan, kita akan dapat mengetahui apa sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak.[1]
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis sahih yang menerangkan ciri-ciri syaitan. Semua ini didedahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kebaikan kita kerana dengan pengetahuan akan ciri-ciri syaitan, kita akan dapat mengetahui apa sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak.[1]
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Jika syaitan berjaya memasuki rumah untuk bermalam, syaitan akan bermalam dalam hidung para penghuni rumah tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا اسْتَيْقَظَ (أُرَاهُ أَحَدُكُمْ) مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ
فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ.
Apabila seseorang kalian bangun dari tidurnya dan berwudhu’,
maka (sedutlah air ke dalam hidungnya dan)
hembuslah air itu keluar sebanyak tiga kali
kerana sesungguhnya syaitan bermalam di lubang hidung kalian.[19]
Ciri # 13: Syaitan dapat bergerak pantas.
Makhluk jin dapat bergerak pantas, sekali pun dengan membawa beban yang amat besar lagi berat. Ini dapat kita ketahui dari sejarah Nabi Sulaiman ‘alaihi salam:
Nabi Sulaiman berkata pula: “Wahai pegawai-pegawaiku,
siapakah di antara kamu yang dapat membawa kepadaku singgahsananya
(Puteri Balqis dari Yaman ke Baitul Maqdis)
sebelum mereka datang mengadapku dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?”
Berkatalah Ifrit dari golongan jin:
“Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun
dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat
gagah untuk membawanya, lagi amanah.”
[al-Naml 27:38-39]
Syaitan adalah dari jenis jin dan dengan itu kita mengetahui bahawa ia juga dapat bergerak pantas. Antara ketika ia bergerak pantas adalah apabila azan dilaungkan:
إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا نُودِيَ بِالصَّلاَةِ وَلَّى وَلَهُ حُصَاصٌ.
Sesungguhnya syaitan apabila dikumandangkan azan,
ia akan berpaling dan lari dengan pantas.[20]
Ciri # 14: Syaitan dapat bergerak dalam badan manusia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ.
Sesungguhnya syaitan bergerak dalam badan anak Adam
(manusia) seperti aliran darah.[21]
Ciri # 15: Syaitan dapat mempengaruhi manusia.
Tetap merujuk kepada hadis di atas berkenaan pergerakan syaitan dalam badan manusia, ia secara lebih terperinci berlaku ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang beriktikaf di masjid dan isterinya Shafiyyah radhiallahu 'anha datang menziarahi baginda. Kemudian apabila Shafiyyah ingin pulang, Rasulullah mengiringinya hingga ke pintu masjid. Pada saat itu, dua orang sahabat dari kalangan Ansar radhiallahu 'anhuma berlalu dan nampak Rasulullah bersama seorang wanita. Mereka berdua tidak tahu siapakah wanita tersebut kerana para isteri Rasulullah memakai tudung yang juga menutupi muka.
Untuk mengelakkan salah faham, Rasulullah memanggil dua lelaki tersebut dan menerangkan bahawa wanita yang bersamanya ialah Shafiyyah, isteri baginda. Kedua-dua lelaki itu menjawab: “Subhanallah!”, seolah-olah bermaksud: “Maha Suci Allah, tidaklah kami sekali-kali akan berburuk sangka kepadamu wahai Rasulullah!” Kemudian Rasulullah membalas:
Flowchart: Document: Apabila seseorang itu melakukan perkara yang aneh atau berlainan dari kebiasaan, hendaklah dia serta merta menjelaskan perbuatannya itu kepada orang-orang di sekeli-lingnya bagi mengelak syaitan mempengaruhi orang-orang tersebut dengan sesuatu sangkaan yang buruk. إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ
أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا (أَوْ قَالَ) شَيْئًا.
“Sesungguhnya syaitan bergerak dalam badan manusia seperti aliran darah.
Sesungguhnya aku bimbang ia melemparkan keburukan
atau sesuatu sangkaan dalam hati kalian berdua.[22]
Rasulullah membalas dengan menerangkan ciri-ciri syaitan yang mampu bergerak dalam badan manusia dan mempengaruhi hati manusia untuk berburuk sangka. Kedua-dua sahabat tersebut pada awalnya tidak berprasangka apa-apa terhadap Rasulullah. Akan tetapi mungkin sahaja syaitan menyelinap masuk dalam tubuh mereka beberapa saat kemudian sambil membisikkan sesuatu yang buruk, konon Rasulullah berdua-duaan dengan wanita yang tidak halal bagi baginda. Maka sebelum syaitan dapat memasuki dan mempengaruhi dengan sesuatu yang buruk, Rasulullah menerangkan bahawa wanita tersebut ialah Shafiyyah, isteri baginda sendiri.[23]
Berdasarkan hadis ini dapat diketahui ciri-ciri syaitan yang mampu mempengaruhi manusia dengan sesuatu yang menyelisihi tuntutan al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia tidak terhad kepada berburuk sangka tetapi meliputi sikap-sikap lain seperti:
*
Syaitan mempengaruhi pemikiran manusia:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟
حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ.
Syaitan mendatangi seseorang kalian dan bertanya:
“Siapakah yang mencipta itu? Siapakah yang mencipta ini?”
sehinggalah ia bertanya: “Siapakah yang mencipta tuhan kamu?”
Maka jika ia bertanya soalan itu,
mintalah perlindungan dari Allah dan sudahilah
(dari melayani fikiran atau pertanyaan sedemikian).[24]
*
Syaitan berbisik kepada manusia:
Syaitan mampu berbisik kepada manusia sebagaimana ia mampu berbisik kepada Adam:
Setelah itu maka syaitan membisikkan kepadanya dengan berkata:
“Wahai Adam, mahukah aku tunjukkan kepadamu
pohon yang menyebabkan hidup selama-lamanya
dan kekuasaan yang tidak akan hilang lenyap?”
[Ta-Ha 20:120]
Bisikan syaitan lazimnya ke arah sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Atau sesuatu yang kelihatan seolah-olah selari dengan Islam padahal sebenarnya bertentangan. Bagi setiap manusia ada di sisinya malaikat dan syaitan, masing-masing membisikkan sesuatu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan hakikat ini:
إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً
فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ
وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ
فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ
وَمَنْ وَجَدَ الأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.
Sesungguhnya bagi setiap anak Adam (yakni manusia)
ada sentuhan (bisikan) syaitan dan sentuhan (bisikan) malaikat.
Ada pun sentuhan syaitan, ia mengajak kepada keburukan dan mendustakan kebenaran.
Manakala sentuhan malaikat, ia mengajak kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran.
Maka sesiapa yang merasai sentuhan (bisikan) kebaikan,
ketahuilah bahawa ia adalah dari Allah (melalui perantaraan malaikat)
dan hendaklah dia memuji Allah (dengan menyebut Alhamdulillah).
Sebaliknya sesiapa yang merasai sentuhan (bisikan) sebaliknya
hendaklah dia meminta perlindungan Allah daripada syaitan
(dengan menyebut A’uzubillahi minash syaitan nirrajim).[25]
Satu contoh mudah ialah adab minum air sebagaimana yang telah diterangkan dalam ciri syaitan # 8. Ketika anda memegang segelas air untuk minum, tiba-tiba hati anda berbisik untuk minum sambil duduk. Itu adalah bisikan malaikat. Kemudian muncul pula bisikan lain yang berkata: “Alaah! Tak mengapa, seteguk saja. Menyusahkan saja untuk duduk.” Itu adalah bisikan syaitan. Lawanlah ia dengan mengucap “A’uzubillahi minash syaitan nirrajim” kemudian duduk dan minumlah.
*
Syaitan mempengaruhi imajinasi manusia:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ
فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ.
Sesungguhnya seorang wanita tampil dalam gambaran syaitan
dan membelakangi dalam gambaran syaitan.
Maka jika seseorang kalian melihat wanita (yang dia tertarik dengannya),
maka kembalilah kepada isterinya
kerana itu akan menolak (lintasan jahat) dalam dirinya.[26]
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan kemampuan syaitan membentuk gambaran atau imajinasi pada pemikiran seorang lelaki yang melihat wanita. Semua ini akan menyebabkan lelaki itu mula mengkhayal secara seksual akan wanita tersebut. Perkara ini tidak saja dilakukan oleh syaitan kepada lelaki yang melihat wanita tetapi juga kepada wanita yang melihat lelaki.
Gambaran atau imajinasi yang dibuat oleh syaitan dapat ditolak dengan masing-masing kembali kepada pasangannya. Jika belum bernikah atau tidak dapat kembali, maka jagalah pandangan masing-masing sejak dari awal.
*
Syaitan mempengaruhi tumpuan atau fokus manusia:
Antara tumpuan yang masyhur diganggu syaitan ialah kekhusyukan ketika solat dan membaca al-Qur’an. Seorang sahabat bernama ‘Utsman bin Abi al-‘Ash radhiallahu 'anh mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya syaitan menghalang antaraku dan solat serta bacaan al-Qur’anku, dan ia selalu mengelirukan aku.” Maka Rasulullah menjawab:
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا.
Itulah syaitan yang disebut sebagai “Khanzab”,
maka apabila merasai gang-guannya,
mohonlah perlindungan Allah darinya
dan ludahlah ke kiri sebanyak tiga kali.
‘Utsman bin al-‘Ash kemudian berkata:
“Aku melakukan itu dan Allah menjauhkan gangguan syaitan itu dariku.”[27]
Syaitan tidak saja mengganggu tumpuan solat tetapi aja jua aktiviti lain yang dilakukan kerana agama. Sebagai contoh, apabila anda ingin membaca buku agama, syaitan akan mengganggu tumpuan anda dengan tangisan bayi, anak yang meminta perhatian, perasaan mengantuk dan kesukaran untuk faham.
*
Syaitan mempengaruhi motivasi manusia melakukan kebaikan:
Syaitan mampu mempengaruhi motivasi kita apabila ingin melakukan sesuatu aktiviti demi kebaikan agama, seperti mengkaji al-Qur’an dan hadis, bersedekah, membuat kerja sukarelawan, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berdakwah kepada orang ramai. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan tidaklah Kami mengutuskan sebelummu seorang Rasul
atau seorang Nabi melainkan apabila dia bercita-cita
(untuk kebaikan agama yang dibawanya),
maka syaitan pun melemparkan hasutannya
mengenai usaha Rasul atau Nabi itu (dari) mencapai cita-citanya.
[al-Hajj 21:52]
Nah! Jika syaitan menghasut dan mengganggu para Nabi dan Rasul, sudah tentu syaitan juga akan menghasut dan mengganggu kita. Oleh kerana itulah, apabila kita ingin melakukan sesuatu aktiviti demi kebaikan agama, kita merasa sukar untuk memberi tumpuan penuh kepadanya. Selain itu akan ada saja pelbagai faktor yang menghalang atau menyukarkan sehingga kita hilang motivasi untuk meneruskannya. Ketahuilah bahawa semua itu adalah dari syaitan, maka lawanlah ia. Berhenti dari melakukan aktiviti yang dirancang adalah tanda mengalah kepada syaitan. Sebaliknya meneruskan apa yang dirancang dengan penuh motivasi dan dedikasi adalah tanda kemenangan di atas syaitan.
Antara contoh aktiviti yang dimaksudkan ialah bersedekah, dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman!
Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik,
dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu sengaja memilih
yang buruk daripadanya (lalu kamu dermakan
atau kamu jadikan pemberian zakat),
padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu
(kalau diberikan kepada kamu),
kecuali dengan memejamkan mata padanya.
Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya,
lagi sentiasa Terpuji.
Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan kepapaan
(jika kamu bersedekah atau menderma),
dan ia menyuruh kamu melakukan perbuatan yang keji (bersifat bakhil kedekut);
sedangkan Allah menjanjikan kamu (dengan) keampunan daripada-Nya
serta kelebihan kurnia-Nya. Dan (ingatlah),
Allah Maha Luas limpah rahmat-Nya,
lagi sentiasa Meliputi Pengetahuan-Nya.
[al-Baqarah 2:267-268]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan sikap terburu-buru.
Jika dalam kes di atas syaitan mempengaruhi kita dengan sikap negatif seperti malas, tidak berminat dan tiada motivasi, maka sebaliknya syaitan juga mampu mempengaruhi kita dengan sikap tergesa-gesa. Akhirnya berlaku apa yang berlawanan, seperti terlebih bersemangat (over excited), melampaui batas, mengharapkan hasil serta-merta dan kelam-kabut. Kemudian apabila apa yang diinginkan tidak menjadi, sikap tergesa-gesa di atas beralih kepada berputus asa, merungut, menuduh orang lain atas kegagalan diri sendiri dan sebagainya.
Ada pun Islam, maka ia menganjurkan sikap yang dipertengahan antara malas dan tergesa-gesa. Sikap tersebut ialah tenang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اَلتَّأَنِيْ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
Ketenangan adalah dari Allah manakala ketergesa-gesaan adalah dari syaitan.[28]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan perasaan cemburu:
Isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, A’isyah radhiallahu 'anha menerangkan pada satu malam baginda keluar dari rumahnya dan ini menyebabkan dia merasa cemburu. Kemudian Rasulullah kembali ke rumah dan mendapati dia sedang dalam keadaan yang cemburu. Lalu baginda bertanya:
مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ؟ أَغِرْتِ؟ فَقُلْتُ: وَمَا لِي لاَ يَغَارُ مِثْلِي عَلَى مِثْلِكَ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ؟
قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ مَعِيَ شَيْطَانٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ؟
قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ.
“Apa jadi kepada kamu wahai A’isyah? Adakah kamu cemburu?”
“Takkanlah aku tidak cemburu kepada orang seperti anda?”
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan:
“Apakah telah datang kepadamu syaitan kamu?”
“Wahai Rasulullah! Apakah bersama aku ada syaitan?”
“Ya.”
“Dan (apakah syaitan itu ada) pada setiap manusia?”
“Ya.”
(Apakah syaitan juga) bersama kamu wahai Rasulullah?”
“Ya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku darinya
sehingga aku selamat dari gangguannya.”[29]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan perasaan marah:
Sulaiman bin Shurd radhiallahu 'anh berkata:
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ
فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي لأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ
لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ.
Ketika aku sedang duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
dua orang sedang bertengkar sehingga salah seorang dari mereka
menjadi merah wajahnya dan urat-urat lehernya timbul keluar.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah yang jika diucapkan
nescaya kemarahannya akan hilang. Iaitu sebutlah
“A’uzubillahi minash syaitan” nescaya kemarahannya akan hilang.[30]
Terdapat dua faktor di sebalik kemarahan. Pertama ialah faktor peribadi, seperti orang yang marah kerana kedudukannya tidak dihormati atau kerana barangnya telah dirosakkan. Ini adalah marah yang tercela dan perlu dihindarkan. Kedua ialah faktor agama, seperti seorang muslim yang merasa marah kerana ajaran agamanya dirosakkan oleh muslim yang lain atau marah apabila umat Islam dizalimi oleh kaum lain. Ini adalah marah yang terpuji, akan tetapi tidaklah bermakna seseorang itu boleh terus bertindak kasar kerananya. Yang dituntut ialah tetap tenang dan berlemah lembut untuk menangani orang yang menyebabnya marah. Sikap tenang adalah berdasarkan hadis yang dikemukakan sebelum ini:
اَلتَّأَنِيْ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
Ketenangan adalah dari Allah manakala ketergesa-gesaan adalah dari syaitan.[31]
Manakala sikap lemah lembut adalah berdasarkan hadis:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.
Sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut dalam segala urusan.[32]
Jika dirujuk kepada sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan ditemui beberapa ketika baginda marah atas faktor agama. Akan tetapi kemarahan tersebut tidaklah menyebabkan baginda mengeluarkan kata-kata yang kotor atau bertindak ganas. Sebaliknya baginda hanya memberi teguran yang tenang lagi lemah lembut. Satu contoh ialah kisah berikut yang diriwayatkan oleh Abu Mas‘ud al-Anshari radhiallahu 'anh.
Beliau menceritakan, seorang lelaki telah datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah! Aku pernah mundur dari solat (berjamaah) disebabkan si-fulan (imamnya) membaca surah yang panjang.” (Abu Mas‘ud) menyambung: Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam amat dahsyat kemarahannya dalam rangka memberi nasihat berbanding pada saat itu. Lalu baginda bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ
فَإِنَّ فِيهِمْ الْمَرِيضَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Wahai manusia! Sesungguhnya di antara kalian
ada yang membuat orang-orang lari dari solat berjamaah.
Maka sesiapa yang mengimami manusia,
hendaklah dia meringankan (memendekkan) bacaan
kerana sesungguhnya di kalangan mereka (makmum)
ada yang sakit, lemah dan berurusan.[33]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan sifat lupa:
Terdapat dua jenis lupa. Pertama lupa dalam urusan harian seperti lupa dimana letaknya anak kunci rumah atau lupa membeli barang tertentu di kedai runcit. Kedua lupa dalam urusan agama seperti lupa solat atau hafalan al-Qur’an. Lupa jenis kedua berasal dari syaitan, kerana syaitan dapat mempengaruhi manusia dengan sifat lupa. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dan apabila engkau melihat orang-orang
yang memperkatakan dengan cara mencaci atau mengejek-ejek ayat-ayat Kami,
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka memperkatakan soal yang lain;
dan jika engkau dilupakan oleh syaitan (lalu engkau duduk bersama mereka),
maka janganlah engkau duduk lagi bersama-sama kaum yang zalim itu,
sesudah engkau mengingati (akan larangan itu).
[al-An’aam 6:68]
Walaubagaimana pun sesetengah kes lupa dari jenis pertama boleh berasal dari pengaruh syaitan kerana dengan kelupaan tersebut, seseorang itu mungkin menjadi marah dan merungut. Sikap negatif seperti ini adalah sesuatu yang disukai oleh syaitan. Maka jika lupa dalam urusan harian, hendaklah tetap tenang dan seterusnya mencari jalan untuk mengelaknya dari berulang pada masa akan datang. Satu contoh lupa jenis pertama ini yang berpunca dari syaitan ialah kisah berikut yang berlaku pada zaman Nabi Musa ‘alaihi salam:
Temannya berkata: “Tahukah apa yang telah terjadi
ketika kita berehat di batu besar itu?
Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu
dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa
daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan syaitan;
dan ikan itu telah menggelunsur menempuh jalannya di laut
dengan cara yang menakjubkan.”
[al-Kahf 18:63]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan kesakitan:
Penyakit adalah sesuatu yang lazim dialami oleh manusia. Akan tetapi syaitan turut serta dengan sesuatu penyakit dengan menambah pengaruh kesakitan, kepayahan, kesengsaraan dan keluhan yang dialami:
Dan (ingatkanlah peristiwa) hamba Kami, Nabi Ayub,
ketika dia berdoa merayu kepada Tuhannya
(ketika menghadapi penyakitnya) dengan berkata:
“Sesungguhnya aku diganggu oleh syaitan dengan kesusahan dan siksaan.”
[Shad 38:41]
*
Syaitan mempengaruhi manusia untuk berbuat jahat:
Syaitan mampu mempengaruhi seseorang atau menghasutnya untuk berbuat jahat. Antara kejahatan tersebut ialah mengganggu orang yang sedang solat dengan cara sengaja melintas di hadapannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ.
Apabila seseorang kalian solat dengan menghadap sesuatu
(yang diletakkan) sebagai penghadang dari (lalu lintas) orang lain,
lalu ada orang yang hendak melintas di antaranya
dan penghadang itu, maka tahanlah dia.
Jika dia enggan (dan tetap berkeras untuk melintas)
maka tahanlah dia dengan lebih tegas
kerana dia tidak lain ialah syaitan.[34]
Dalam hadis di atas, yang akan melintas di hadapan orang yang sedang solat bukanlah syaitan tetapi orang yang dipengaruhi atau dihasut oleh syaitan. Ini kerana dalam sebuah riwayat lain, hadis di atas diakhiri dengan lafaz “…kerana sesungguhnya syaitan bersama dia.”[35]
Inilah juga yang dimaksudkan sebagai “syaitan-syaitan manusia” dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu
musuh dari syaitan-syaitan manusia dan jin,
setengahnya membisikkan kepada setengahnya yang lain
kata-kata dusta yang indah-indah susunannya
untuk memperdaya pendengarnya.
[al-An’aam 6:112]
Yang dimaksudkan dengan “syaitan-syaitan manusia” ialah manusia yang dipengaruhi dan dihasut oleh syaitan untuk berbuat jahat dan menjadi musuh kepada para Nabi. Penafsiran ini adalah berdasarkan perbezaan asal usul kedua-duanya, dimana syaitan berasal dari api manakala manusia berasal dari tanah.
Dalam rangka berbuat jahat, syaitan bukan sahaja mempengaruhi manusia tetapi juga mempengaruhi haiwan untuk berbuat jahat kepada manusia. Salah satu darinya ialah mempengaruhi tikus untuk menjatuhkan lampu-lampu pelita agar dengan itu dapat berlaku kebakaran di rumah.
‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma menerangkan bahawa pernah seekor tikus menolak sebuah lampu pelita sehingga tumbang di atas tikar yang sedang diduduki oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu terbakarlah tikar tersebut sebesar saiz satu dirham. Melihat yang sedemikian Rasulullah bersabda:
إِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدُلُّ مِثْلَ هَذِهِ عَلَى هَذَا فَتُحْرِقَكُمْ.
Apabila kalian hendak tidur maka padamkanlah lampu pelita kalian
kerana sesungguhnya syaitan menunjuki ini (tikus) kepada itu (lampu pelita)
sehingga kalian terbakar.[36]
Demikian beberapa kemampuan syaitan untuk mempengaruhi manusia. Selain apa yang disebut di atas, syaitan juga mampu mempengaruhi dengan sikap-sikap buruk yang lain. Tidak ketinggalan ialah sikap-sikap yang menyebabkan ia diusir dari langit, iaitu ujub, menghina, mengunggulkan akal di atas wahyu dan mempersoalkan wahyu.
Dalam kehidupan harian kita, sudah pasti satu atau lebih dari sikap-sikap di atas mempengaruhi kita. Pada waktu pagi kita mungkin marah, pada waktu petang kita mungkin cemburu, pada waktu petang kita mungkin berburuk sangka dengan rakan dan pada waktu malam kita mungkin merasa malas untuk pergi ke kuliah agama. Semua ini adalah pengaruh syaitan, maka lawanlah ia dengan mengucap “A’uzubillahi minash syaitan nirrajim” dan tinggalkan sikap-sikap yang buruk tersebut.
Ciri # 16: Syaitan dapat merasuk manusia.
Dalam dua ciri di atas, kita telah mempelajari kemampuan syaitan untuk bergerak dalam diri manusia dan melakukan pelbagai pengaruh ke atas manusia yang dimasukinya. Dalam suasana itu manusia yang dipengaruhi masih dalam keadaan yang normal. Akan tetapi adakalanya syaitan dapat mempengaruhi manusia hingga mengubah perwatakan dan tingkah lakunya, menjadi seolah-olah orang yang gila. Inilah yang disebut sebagai kerasukan atau histeria. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan tentang kemampuan syaitan ini:
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri betul melainkan seperti berdirinya
orang yang dirasuk syaitan dengan terhuyung-hayang kerana sentuhan (syaitan) itu.
[al-Baqarah 2:275]
Kerasukan tidak saja terhad kepada orang yang melibatkan diri dalam urusniaga riba, tetapi meluas kepada pelbagai keadaan yang lain. Merujuk kepada persoalan kerasukan dan hubungkaitnya dengan syaitan, manusia terbahagi kepada tiga golongan:
1.
Mereka yang menafikannya. Golongan ini berkata, kerasukan tidak berpunca dari syaitan sebaliknya berpunca dari penyakit tertentu seperti gangguan saraf, perubahan hormon, tekanan jiwa (stress) dan sebagainya. Penyakit-penyakit ini dapat dihentikan dengan mengambil ubat.
2.
Mereka yang berlebih-lebihan. Golongan ini mengakui bahawa kerasukan berpunca dari syaitan. Akan tetapi mereka berlebih-lebihan dalam menyandarkannya kepada syaitan sehingga apa jua perubahan tingkah laku (behaviour) yang dihadapi oleh seseorang, mereka menganggapnya sebagai kerasukan syaitan.
3.
Mereka yang berada di pertengahan antara golongan pertama dan kedua. Golongan ketiga ini berkata kerasukan boleh berpunca dari penyakit dan boleh juga berpunca dari syaitan. Maka kerasukan pertama (penyakit) dihentikan dengan ubat-ubatan manakala kerasukan kedua (syaitan) dihentikan dengan zikir-zikir yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Jika tidak pasti kerasukan yang dialami oleh seseorang sama ada berpunca dari penyakit atau syaitan, maka ia dihentikan dengan ubat dan zikir.
Ada pun hujah golongan pertama bahawa kerasukan hanya berpunca dari penyakit, mereka membuktikannya dengan pelbagai penemuan baru tentang apa yang sedang berlaku dalam badan. Bahkan dengan peralatan serba canggih masa kini, mereka dapat menunjuk secara tepat bahagian saraf yang sedang mengalami gangguan dan keadaan hormon badan yang tidak seimbang. Maka apabila diberi ubat, apa yang dianggap sebagai kerasukan dapat dihentikan.
Akan tetapi, sekali pun dengan segala penemuan dan alat canggih tersebut, tetap timbul satu persoalan yang masih tidak dapat dijawab oleh para pakar perubatan: Mengapa saraf mengalami gangguan dan mengapa sebahagian kelenjar merembeskan hormon secara berlebihan? Benar, bahawa semua itu dapat dihentikan dengan mengambil ubat tertentu. Akan tetapi mengapakah kerasukan berulang apabila ubat habis dimakan?
Jawapannya dapat diperolehi dengan mengkaji peranan syaitan. Apabila syaitan memasuki tubuh badan manusia, ia mampu mengganggu kestabilan saraf dan keseimbangan hormon. Bahkan ia mampu melakukan pelbagai lagi yang tidak dianggap sebagai kerasukan, seperti mematikan saraf (paralyse), menyumbat saluran darah (blood clot) dan merangsang sel-sel tertentu untuk berkembang dengan pantas secara tak terkawal (tumor and cancer). Semua ini amat mudah bagi syaitan dan semua ini akan diakui oleh sesiapa yang mengkaji secara teliti kesemua ciri-ciri syaitan yang dikupas dalam bab ini.
Walaubagaimana pun, ini tidaklah bererti semua penyakit dan gangguan tingkah laku berpunca dari syaitan. Sebahagiannya berpunca dari faktor lain seperti gizi pemakanan yang tidak seimbang, kecederaan fizikal, tekanan jiwa, usia tua dan sebagainya. Maka tidaklah benar anggapan golongan kedua bahawa semua perubahan kelakuan berpunca dari syaitan.
Yang benar adalah bahawa kerasukan mungkin berpunca dari penyakit dan mungkin juga berpunca dari syaitan. Maka apa yang berpunca dari penyakit, ia dihentikan dengan ubat-ubatan yang diberi oleh doktor pakar manakala apa yang berpunca dari syaitan, ia dihentikan dengan zikir-zikir yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Jika tidak pasti sama ada kerasukan berpunca dari penyakit atau syaitan, maka kedua-dua kaedah digunakan serentak untuk menghentikannya.
Seterusnya, peranan syaitan dalam menyebabkan kerasukan kepada manusia terbahagi kepada dua kategori:
Kategori Pertama: Kerasukan yang dilakukan oleh syaitan berdasarkan kemahuannya sendiri. Sengaja syaitan merasuk manusia untuk menyesatkannya, mengkafirkannya, mensyirikkannya dan memasukkan mangsa tersebut ke dalam neraka. Semua ini dapat dicapai oleh syaitan apabila mangsa atau orang di sekelilingnya cuba mengubati kerasukan itu dengan cara yang berbeza dari tunjuk ajar Rasulullah, bahkan dengan cara yang dilarang oleh Islam.
Kategori Kedua: Kerasukan yang dilakukan oleh syaitan berdasarkan perintah tuannya. Ini disebut sebagai sihir. Sihir adalah satu tindakan jahat yang memerlukan dua unsur utama:
1.
Manusia sebagai ahli sihir sekali gus merangkap jawatan “Tuan”.
2.
Syaitan sebagai khadam yang melakukan kerja sihir yang diperintah oleh tuannya.
Melalui sihir syaitan dapat mencapai beberapa objektifnya. Secara terperinci:
· Objektif Menyesatkan: Apabila orang yang terkena sihir berubat, lazimnya mereka tidak tahu cara perubatan sahih yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka berjumpa dengan mana-mana bomoh atau ustaz yang masyhur di sisi masyarakat untuk berubat dan menerima apa saja kaedah perubatan yang diberikan olehnya. Bahkan mereka tidak tahu apakah maksud jampi-jampian yang dibacakan ke atas mereka. Akibatnya, mereka telah meninggalkan jalan Rasulullah kepada jalan lain yang menyesatkan.
· Objektif Memusyrikkan: Apabila orang yang terkena sihir berubat, lazimnya mereka meletakkan keyakinan bahawa pengaruh kesembuhan adalah dari bomoh atau ustaz yang sedang mengubatinya beserta bacaan-bacaan jampi mereka. Padahal satu-satunya pengaruh untuk kesembuhan ialah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apabila keyakinan seseorang terhadap kuasa yang dapat memberi manfaat dan mudarat kepadanya beralih dari Allah kepada sesuatu yang lain, dia telah syirik kepada Allah.
· Objektif Mengkafirkan: Satu contoh mudah, apabila Jamal ingin berbuat jahat kepada Jamilah, dia akan menemui seorang ahli sihir bernama Ahmad dan menyampaikan hajatnya. Ahmad akan memerintah khadamnya, yakni syaitan, untuk membuat apa yang dihajatkan oleh Jamal ke atas Jamilah. Perbuatan itu pelbagai, dari muntah darah, gangguan pemikiran sehinggalah kepada kerasukan. Inilah yang lazim disebut sebagai “kena buat orang!”
Untuk melawan buatan sihir itu, Jamilah akan pergi menemui seorang ahli sihir lain bernama Kamal dan menyampaikan hajatnya. Kamal akan memerintahkan khadamnya, yakni syaitan, untuk membuatkan apa yang dihajatkan oleh Jamilah ke atas Jamal. Demikianlah ia berulang antara Jamal dan Jamilah.
Dalam contoh di atas, syaitan berjaya mengkafirkan kesemua Jamal, Jamilah, Ahmad dan Kamal. Sekali pun syaitan disebut sebagai “khadam”, sebenarnya ia adalah tuan kepada semua yang terbabit, termasuklah Ahmad dan Kamal. Syaitan hanya berpura-pura menjadi khadam asalkan dengan itu tercapailah objektifnya untuk mengkafirkan manusia.
Sesiapa saja yang terlibat dengan sihir, sama ada untuk menyihir atau melawan sihir dengan sihir, akan menjadi kafir berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Mereka mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak syaitan
dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman,
padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu,
akan tetapi syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya);
Kerana merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir
dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat:
Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon),
sedang mereka berdua tidak mengajar seseorang pun
melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata:
“Sesungguhnya kami ini hanyalah cubaan (untuk menguji imanmu),
oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajari sihir).”
[al-Baqarah 2:102]
. Objektif memasukkan ke dalam neraka: Orang yang berurusan dengan sihir akan menerima padah yang buruk di Hari Akhirat, termasuk diazab di dalam neraka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sebenarnya mereka mempelajari perkara (sihir)
yang hanya membahayakan mereka
dan tidak memberi manfaat kepada mereka.
Dan demi sesungguhnya mereka telahpun mengetahui
bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu,
tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di Akhirat.
Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka,
kalaulah mereka mengetahui.
[al-Baqarah 2:102][37]
Ciri # 17: Syaitan dapat mempengaruhi mimpi manusia.
Syaitan bukan sahaja mempengaruhi hati manusia tetapi juga mimpi yang dialami oleh manusia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan:
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنْ اللَّهِ وَالْحُلُمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلُمًا يَخَافُهُ
فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ.
Mimpi yang baik adalah dari Allah manakala mimpi yang buruk adalah dari syaitan.
Maka apabila seseorang kalian mengalami mimpi buruk yang menakutkannya,
hendaklah dia meludah ke arah kirinya dan minta perlindungan
dari Allah dari keburukannya kerana setelah itu ia
(mimpi tersebut) tidak akan mengakibatkan apa-apa kemudaratan.[38]
Mimpi buruk dari syaitan tidak terhad kepada sesuatu yang mengerikan (nightmare) sahaja. Dalam rangka mempengaruhi mimpi manusia, syaitan adakalanya menjelma sebagai seorang syaikh, wali atau tuan guru lalu menyampaikan sesuatu ajaran agama, seperti zikir-zikir dan amal ibadah yang menyalahi apa yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Orang yang sedang bermimpi menduga dia telah mendapat mimpi yang baik dari Allah padahal yang benar dia mendapat mimpi yang buruk dari syaitan. Dia menyangka telah mendapat satu syari‘at khusus dari Allah berbanding syari‘at awam yang dibawa oleh Rasulullah, padahal yang dia dapati hanyalah syari‘at kesesatan dari syaitan.
Berkaitan mimpi, ramai orang yang salah faham tentang hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَكَوَّنُنِي.
Sesiapa yang melihat aku dalam mimpi maka sungguh dia telah melihat dengan benar
kerana syaitan tidak dapat menyerupai aku.[39]
Mereka menganggap siapa jua yang mereka temui dalam mimpi yang memiliki ciri-ciri berjambang, memakai serban dan jubah putih serta menaiki unta dalam suasana padang pasir atau sedang berteduh di bawah pohon kurma, maka orang itu ialah Rasulullah.
Memang benar bahawa syaitan tidak boleh menjelma sebagai Rasulullah. Akan tetapi syaitan boleh menjelma sebagai seseorang lain lalu orang yang bermimpi mendakwa itu adalah Rasulullah. Lebih-lebih lagi apabila orang itu sendiri sebelum tidur melakukan sekian-sekian zikir dan selawat yang dipercayai boleh menghadirkan Rasulullah dalam mimpinya. Maka syaitan datang menjelma dalam mimpi sebagai seseorang yang berjambang, berserban, berjubah dan menaiki unta, lalu segera dianggap oleh orang yang bermimpi: Itu adalah Rasulullah.
Ciri # 18: Syaitan dapat beraktiviti.
Syaitan adalah satu makhluk yang memiliki kemahiran membuat, bertindak dan beraktiviti. Antara aktiviti tersebut ialah membuat bangunan dan menyelam untuk Nabi Sulaiman ‘alaihi salam:
(Sulaiman berdoa): “Wahai Tuhanku! Ampunkanlah kesilapanku
dan kurniakanlah kepadaku sebuah kerajaan
yang tidak akan ada pada sesiapapun kemudian daripadaku;
sesungguhnya Engkaulah yang sentiasa Melimpah kurnia-Nya.”
Maka (Kami kabulkan permohonannya lalu) Kami mudahkan baginya
menggunakan angin yang bertiup perlahan-lahan menurut kemahuannya,
ke arah mana sahaja yang hendak ditujunya.
Dan (Kami mudahkan bagi Sulaiman memerintah) syaitan:
golongan-golongan yang pandai mendirikan bangunan dan yang menjadi penyelam.
[Shad 38:35-37]
Jika syaitan mampu membina bangunan dan menyelam, maka mudah sangatlah bagi ia untuk melakukan aktiviti yang dianggap masyarakat sebagai satu mukjizat atau Karamah seperti air yang tiba-tiba mengalir keluar dari tanah yang tandus, makanan yang datang dari arah kubur seorang syaikh, al-Qur’an yang terbuka dan tertutup dengan sendirinya, lampu atau pelita yang menyala dan padam dengan sendirinya dan aktiviti-aktiviti lain yang di luar adat kebiasaan.
Syaitan melakukan semua itu kerana dua sebab:
1.
Syaitan tersebut dipelihara oleh tuannya dan tuannya ingin agar masyarakat menghormati dia dan menganggap dia sebagai wali. Maka dia mengarahkan syaitan peliharaannya melakukan aktiviti-aktiviti di luar adat kebiasaan untuk memberi pengaruh kepada masyakarat. Dengan ketipan jarinya, lampu akan menyala. Dengan tepukan tangan, rumah jiran yang condong ditiup angin kuat kembali tegak. Dengan satu senyuman, gadis yang kerasukan tiba-tiba sembuh dan tersenyum. Dengan mengangkat kedua tangannya, perahu yang tenggelam di laut dalam akan timbul. Bahkan syaitan mampu membawanya terbang dan bergerak pantas (Lihat Ciri # 13). Fenomena terakhir ini lazim dilakukan oleh pakar-pakar seni mempertahankan diri dimana mereka boleh terbang sambil melawan atau mengejar musuh. Ia juga dilakukan oleh para syaikh tareqat: sarapan di Masjidil Haram, makan tengahari di Masjidil Aqsa, minum petang di Kandahar, makan malam di rumahnya. Semua ini akan menyebabkan masyarakat memandang mereka sebagai seorang wali Allah.
2.
Syaitan ingin menyesatkan masyarakat setempat dan membawa fitnah kepada seorang hamba yang shalih. Maka syaitan menerbitkan mata air di tanah tandus berhampiran rumah orang shalih itu, menempatkan awan di atas rumahnya agar sentiasa teduh, mengarahkan angin untuk meniup daun-daun kering dari laman rumahnya dan membuka pintu pagar bagi sesiapa yang berhajat untuk mengunjunginya. Aktiviti-aktiviti di luar adat kebiasaan sebegini akan menyebabkan masyarakat segera menganggap orang shalih tersebut sebagai wali Allah.
Dalam kedua-dua kes di atas, apabila masyarakat mula menganggap seseorang itu sebagai wali Allah, mereka akan bersegera mengambil berkat darinya, meminta air jampi darinya, berdoa dengan perantaraannya, menggantung potretnya dan bersolat dengan menghadap gambarnya. Dengan semua ini tercapailah objektif syaitan untuk menyesat, mengkafir, memusyrik dan menjadikan mereka ahli neraka.
Khusus kepada kes kedua, ia lazim berlaku kepada para shaikh tasawuf. Mereka asalnya ialah para hamba Allah yang shalih lagi bertaqwa, yang mendisiplinkan diri untuk beribadah kepada Allah secara bersungguh-sungguh. Kemudian syaitan datang melakukan beberapa aktiviti di luar adat kebiasaan di sekelilingnya sehingga masyarakat menganggap dia adalah seorang wali Allah. Dari sini mulalah mereka mengagungkan dia dengan pelbagai amalan bid‘ah dan cerita-cerita fantasy. Akhirnya seorang hamba Allah yang shalih telah diangkat oleh masyarakat menjadi super wali dan pelbagai pemikiran serta amalan yang syirik dilakukan atas namanya.[40]
Ciri # 19: Syaitan dapat ditangkap.
Abu Darda radhiallahu 'anh menerangkan bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bangun untuk bersolat, lalu ketika sedang solat, baginda berkata:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ.
“Aku berlindung kepada Allah dari engkau!”.
Kemudian baginda berkata:
أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ.
“Aku melaknat engkau dengan laknat Allah!”
Sebanyak tiga kali, sambil menghulurkan tangan seolah-olah ingin menangkap sesuatu.
Apabila baginda selesai solat, kami bertanya:
“Wahai Rasulullah! Kami mendengar kamu berkata dalam solat
sesuatu yang tidak pernah kami dengar kamu memperkatakannya
(ketika sedang solat) dan kami melihat kamu menghulurkan tangan.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي
فَقُلْتُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.
ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ
وَاللَّهِ لَوْلاَ دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ.
Sesungguhnya musuh Allah, yakni iblis, datang dengan membawa api
untuk dilemparkan ke muka aku.
Maka aku mengucap: “Aku berlindung kepada Allah dari engkau!” tiga kali.
Kemudian aku mengucap: “Aku melaknat engkau dengan laknat Allah!”
akan tetapi dia tidak mengundur diri. Kemudian aku bermaksud untuk menangkapnya.
Demi Allah! Jika bukanlah kerana doa saudara kami Sulaiman
nescaya ia akan terikat sehingga pagi
dan dijadikan mainan anak-anak warga Madinah.[41]
Berdasarkan hadis di atas, syaitan adalah satu makhluk yang boleh ditangkap, dikurung dan diikat. Hanya dari sudut syari‘at tindakan menangkap, mengurung dan mengikat makhluk jin dan syaitan tidak dibenarkan disebabkan oleh doa Nabi Sulaiman ‘alahi salam yang telah dikemukakan sebelum ini:
(Sulaiman berdoa): “Wahai Tuhanku! Ampunkanlah kesilapanku
dan kurniakanlah kepadaku sebuah kerajaan
yang tidak akan ada pada sesiapapun kemudian daripadaku;
sesungguhnya Engkaulah yang sentiasa Melimpah kurnia-Nya.”
[Shad 38:35]
Berdasarkan doa ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak menangkap iblis sekali pun baginda mampu melakukannya. Ini kerana tindakan tersebut hanya dibolehkan kepada Nabi Sulaiman dan dilarang kepada selainnya, termasuk Rasulullah dan umat baginda.
Bagi Rasulullah dan umat baginda, Allah yang akan mengikat iblis sekali setahun, iaitu sepanjang bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ.
Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan diikat.[42]
Berdasarkan hadis di atas juga dapat kita bezakan bahawa orang-orang yang memelihara atau menggunakan khidmat jin dan syaitan, mereka sebenarnya tidak mengikuti ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Jin dan syaitan sengaja membiarkan diri mereka diikat dan dijadikan khadam oleh tuannya agar dengan itu mereka dapat menjerumuskan tuan mereka ke dalam kesesatan.[43]
Ciri # 20: Syaitan memiliki waktu kegemaran.
Orang tua kita lazim berpesan, jangan bermain di luar ketika waktu senja. Pesanan ini berasal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ (أَوْ قَالَ جُنْحُ اللَّيْلِ) فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ
تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ الْعِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ.
Apabila malam menjelang tiba maka tahanlah anak-anak kalian (dari keluar)
kerana sesungguhnya pada waktu itu syaitan-syaitan berkeliaran.
Apabila telah berlalu waktu Isya’, maka lepaskanlah mereka.[44]
Ciri # 21: Syaitan memiliki tempat kegemaran.
Syaitan juga memiliki tempat kegemarannya, atau apa yang dapat disebut sebagai tempat melepaknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَكُونَنَّ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ وَلاَ آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا
فَإِنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ وَبِهَا يَنْصِبُ رَايَتَهُ.
Selagi mampu, janganlah menjadi orang yang pertama memasuki pasar
dan janganlah menjadi orang terakhir keluar dari pasar
kerana sesungguhnya pasar adalah medan tempur syaitan
dan di situlah benderanya dicacak.[45]
Pada zaman kini pasar bukan sahaja merujuk kepada tempat menjual ikan dan sayur tetapi meluas kepada pasaraya, pusat membeli belah dan bursa saham.
[1] Penyusunan bab ini adalah berdasarkan manhaj Imam al-Bukhari rahimahullah (256H) yang telah meletakkan satu bab khusus dalam kitab Shahihnya, iaitu Sifat iblis dan para tenteranya. Dalam bab tersebut beliau telah meletakkan hadis-hadis yang menerangkan sifat-sifat atau ciri-ciri iblis, syaitan dan para tentera mereka. Lalu saya mengikuti manhaj tersebut dan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis sahih dari kitab Shahih al-Bukhari dan selainnya berkenaan ciri-ciri syaitan ke dalam bab ini.
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 828-2 (Kitab solat al-Musafirin…, Bab waktu-waktu yang dilarang solat padanya).
[3] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3289 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[4] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2995 (Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq, Bab bersin dan kebencian menguap).
[5] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 6223 (Kitab al-Adab, Bab disukai bersin dan dibenci menguap).
[6] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Thabarani dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 686.
[7] Hasan Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai hasan sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5029 (Kitab al-Adab, bab berkenaan bersin). Syaikh Ismail bin Marsyud al-Rumaih memiliki buku kecil yang khas lagi menarik dalam bab ini, berjudul Adab al-Tatstsaub wa al-‘Uthas yang sudah diterjemah oleh Ismail Ali atas judul Adab Menguap dan Bersin yang diterbitkan oleh Pustaka Imam asy-Syafi’i, Bogor, 2004.
[8] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2020 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[9] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2021 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[10] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3286 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[11] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2034 (Kitab al-Asyrabah, Bab disukai menjilat jari…).
[12] Sanad Sahih: Dikeluarkan oleh al-Darimi dan sanadnya dinilai sahih oleh Husain Salim Asad dalam semakannya ke atas Musnad al-Darimi, hadis no: 2174 (Kitab al-Asyrabah, Bab orang yang dibenci minum berdiri).
[13] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2027 (Kitab al-Asyrabah, Bab minum air zam-zam sambil berdiri).
[14] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3270 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[15] Sanad Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Hibban dan sanadnya dinilai sahih oleh Syu‘aib al-Arna’uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban, hadis no: 6189 (Kitab al-Tarikh, Bab permulaan penciptaan, berkenaan khabar iblis yang meletakkan mahkota ke atas kepala tenteranya yang paling berjaya membuat fitnah).
[16] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2813-2 (Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah…, Bab gangguan syaitan dan pengutusan tenteranya…).
[17] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2018 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[18] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2012 (Kitab al-Asyrabah, Bab perintah menutupi bekas…).
[19] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3295 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[20] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 389-2 (Kitab al-Solat, Bab keutamaan azan…).
[21] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 7171 (Kitab al-Ahkam, Bab persaksian hakim…).
[22] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2175 (Kitab al-Salam, Bab apabila dilihat mengiringi seorang wanita, disukai menjelaskan bahawa …).
[23] Dalam hadis ini terdapat beberapa petunjuk tambahan yang penting, iaitu:
1. Orang yang sedang beriktikaf di masjid boleh menerima lawatan dari kaum keluarganya dan berbincang sesuatu urusan keluarga.
2. Merupakan etika yang baik lagi bertepatan dengan sunnah yang mulia apabila isteri hendak keluar rumah (dengan izin suami), suami mengiringinya ke pintu rumah atau pagar luar rumah. Demikian juga apabila suami hendak keluar rumah, isteri mengiringinya ke pintu rumah atau pagar luar rumah.
3. 1400 tahun yang lalu, manusia mengetahui bahawa dalam badan mereka terdapat darah. Akan tetapi manusia tidak tahu bahawa darah tersebut bergerak dan mengalir dalam badannya. Hadis di atas merupakan salah satu pembuktian bahawa sabda Rasulullah berasal dari Allah dan bukan dari dirinya sendiri.
4. Apabila seseorang itu melakukan perkara yang aneh atau berlainan dari kebiasaan, hendaklah dia serta merta menjelaskan perbuatannya itu kepada orang-orang di sekelilingnya bagi mengelak syaitan mempengaruhi orang-orang tersebut dengan sesuatu sangkaan yang buruk. Ini dilakukan sekali pun orang-orang di sekeliling tidak berkata apa-apa ketika menyaksikan keanehan atau kelainan tersebut.
5. Demikian juga apabila berlaku salah faham dalam perbincangan atau komunikasi, hendaklah diluruskan salah faham tersebut serta merta sebelum syaitan sempat menghasut permusuhan antara satu sama lain. Pada masa kini terdapat banyak alat canggih untuk berkomunikasi dengan segera, seperti SMS (sistem pesanan ringkas) dan emel.
[24] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3276 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[25] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2988 (Kitab al-Tafsir, Bab tafsir surah al-Baqarah).
[26] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 1403 (Kitab al-Nikah, Bab orang yang melihat wanita…).
[27] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2203 (Kitab al-Salam, Bab meminta perlindungan dari syaitan…).
[28] Hasan: Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 3011.
[29] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2815 (Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah…, Bab gangguan syaitan dan pengutusan tenteranya…).
[30] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3282 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[31] Hasan: Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 3011.
[32] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 2165 (Kitab al-Salam, Bab larangan mendahului Ahl al-Kitab…).
[33] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 90 (Kitab al-‘Ilm, Bab marah dalam memberi nasihat dan pengajaran apabila melihat sesuatu yang tidak disukai). Syaikh Khumais al-Sa‘id Muhammad Abdullah memiliki buku yang baik berkenaan marah, berjudul Mawaqif Ghadhiba fihan al-Nabi yang sudah diterjemahkan oleh Beni Sarbeni atas judul Pelajaran Penting Dari Marahnya Nabi, diterbitkan oleh Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, 2005.
[34] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 509 (Kitab al-Solat, Bab orang yang solat menghalang orang yang melintas…).
Terjemahan harfiyah bahagian akhir hadis di atas ialah “…Jika dia enggan (dan tetap berkeras untuk melintas) maka bunuhlah dia kerana…”. al-Hafiz ibn Hajar al-‘Asqalani rahimahullah (852H) menukil perkataan Imam al-Qurtubi bahawa yang dimaksudkan dengan “bunuhlah dia” ialah menahan orang tersebut dengan lebih tegas. al-Qurtubi melanjutkan: “Para ulama’ sepakat bahawa orang yang solat tidak wajib memerangi orang yang melintas di hadapannya dengan menggunakan senjata kerana perbuatan itu menyalahi kaedah untuk melaksanakan solat dengan khusyuk.” [Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari (edisi terjemahan oleh Amiruddin dengan judul yang sama; Pustaka Azzam, Jakarta, 2003), jld. 3, ms. 291 (syarah kepada hadis no: 509)].
Lebih lanjut berkenaan hukum meletak penghadang bagi orang yang sedang solat, rujuk buku saya Panduan Ibadah Dalam Musafir Penerbangan (Jahabersa, Johor Bahru), ms. 129.
[35] Fath al-Bari, jld. 3, ms. 293 (syarah kepada hadis no: 509).
[36] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5247 (Kitab al-Adab, Bab berkenaan memadamkan api pada malam hari).
[37] Lebih lanjut tentang sihir, sila kaji buku-buku berikut:
1. ‘Abd al-Salam al-Syukri – al-Shir bain al-Haqiqah wa al-Wahm fi al-Tashawwur al-Islami (edisi terjemahan oleh Tirmidzi & Sari Narulita atas judul Bedah Tuntas Sihir; Pustaka Qalami, Jakarta, 2004).
2. Muhammad ‘Umar Sulaiman al-Asyqar – ‘Alam al-Sihr wa al-Sya’wadzah (edisi terjemahan oleh Munirul Abidin atas judul Candu Mistik: Menyingkap Sihir dan Perdukunan; Darul Falah, Jakarta, 2005).
3. Ibrahim ‘Abd al-Alim – ar-Radd al-Mubin ‘ala Bida‘i al-Mu‘alijin (edisi terjemahan oleh Masturi Irham & Abdurrahman Salih atas judul Rujukan Lengkap Masalah Jin dan Sihir; Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2005).
4. Abu Ameenah Bilal Philips – The Exorcist Tradition In Islam (Dar al-Fatah, Sharjah, 1997).
5. Abu Ubaidah Mahir bin Saleh Ali Mubarak (edisi terjemahan oleh Abu Ahmad atas judul Ruqyah Syar‘iyyah: Gangguan Jin, Hasad dan ‘Ain; Duta Ilmu, Surabaya, 2006).
6. Abu Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin – al-Thuruq al-Hisan fi ‘Illaj Amradh al-Jan (edisi terjemahan oleh Mahfudz; Pustaka Progressif, Jakarta, 2005).
7. Syaikh Askari bin Jamal al-Bugisi – Meluruskan Pemahaman Tentang Hadits Sihir, Studi Kritis Buku: Benarkah Nabi Muhammad s.a.w. Pernah Tersihir Karya Ali Umar al-Habsyi; Pustaka Qaulan Sadida, Malang, 2006.
[38] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3292 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[39] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 6997 (Kitab al-Ta’bir, Bab siapa yang melihat Nabi dalam mimpi).
[40] Berkenaan para wali dan sikap Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah kepadanya, rujuk buku saya Marilah Berkenalan Dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Berkenaan amalan mengambil berkat, rujuk risalah saya Perkara Ke-13 Yang Mencemari Kemurnian Tauhid: Menetapkan Keberkatan Terhadap Sesuatu Tanpa Dalil yang dimuatkan dalam buku Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 6). Berkenaan amalan berdoa dengan perantaraan seorang hamba shalih, rujuk buku saya 11 Perkara Yang Mencemari Kemurnian Tauhid. Berkenaan ilmu tasawuf dan para syaikhnya, rujuk risalah saya Pandangan Ibn Taimiyyah Dalam Tasawuf yang dimuatkan dalam buku Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 6). Kesemuanya diterbitkan oleh Jahabersa, Johor Bahru.
[41] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 542 (Kitab al-Masajid…, Bab boleh melaknat syaitan ketika sedang solat…).
[42] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3277 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[43] Lebih lanjut berkenaan menggunakan khidmat jin, termasuk “jin muslim”, sila rujuk buku saya 11 Perkara Yang Mencemari Kemurnian Tauhid, terbitan Jahabersa, Johor Bahru.
[44] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3280 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[45] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2451 (Kitab Fadhail al-Shahabah, Bab keutamaan Umm Salamah).
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis sahih yang menerangkan ciri-ciri syaitan. Semua ini didedahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kebaikan kita kerana dengan pengetahuan akan ciri-ciri syaitan, kita akan dapat mengetahui apa sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak.[1]
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis sahih yang menerangkan ciri-ciri syaitan. Semua ini didedahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kebaikan kita kerana dengan pengetahuan akan ciri-ciri syaitan, kita akan dapat mengetahui apa sifat mereka, sekadar mana kemampuan mereka dan bagaimana mereka bertindak.[1]
Sebelum kita mengkaji ciri-ciri tersebut, sekali lagi saya ingin menasihati para pembaca yang budiman sekalian agar:
1.
Tidak berpaling atau membantah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah yang dikemukakan.
2.
Tidak menilainya dengan akal atau cuba menselarikannya kepada akal dengan alasan “ciri-ciri tersebut ialah kiasan (majaz) semata-mata.”
3.
Tidak bertanya, berfikir dan menokok tambah dari apa yang sedia dijelaskan oleh al-Qur’an dan hadis.
Ciri # 1: Syaitan memiliki kepala.
Ciri ini diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami jadikan (pokok Zaqqum itu) satu ujian bagi orang-orang yang zalim.
Sebenarnya ia sebatang pohon yang tumbuh di dasar neraka yang marak menjulang,
buahnya seolah-olah kepala syaitan-syaitan.
[al-Saffat 37:63-65]
Ciri # 2: Syaitan memiliki dua tanduk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَيْ شَيْطَانٍ.
Janganlah kalian melaksanakan solat (sunat mutlak) pada waktu terbit matahari
(selepas subuh) dan terbenam matahari (selepas asar)
kerana pada waktu itu muncul dua tanduk syaitan.[2]
Ciri # 3: Syaitan memiliki hati, mata dan telinga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam
banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati
(tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah),
dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat
dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi)
tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat).
[al-A’raaf 7:179]
Sebagaimana yang dijelaskan sebelum ini, syaitan adalah dari jenis jin. Maka ciri-ciri yang dimiliki oleh jin dimiliki juga oleh syaitan. Dalam ayat 179 surah al-A’raaf di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahawa jin memiliki hati, mata dan telinga. Maka demikian jugalah bagi syaitan, ia juga memiliki hati, mata dan telinga.
Sebelum ini dalam bab “Asal Usul Permusuhan Syaitan Kepada Manusia”, kita mengetahui bahawa syaitan mendengar perintah Allah untuk sujud kepada manusia, menunjukkan bahawa syaitan memiliki telinga. Kemudian syaitan enggan sujud kerana takbur, dimana dua dari sikap takbur tersebut ialah ujub terhadap diri sendiri dan menghina kepada orang lain. Kedua-dua sikap ini merupakan peranan hati, menunjukkan bahawa syaitan memiliki hati.
Merujuk kepada penglihatan, syaitan dapat melihat manusia manakala manusia tidak dapat melihat syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan perbezaan ini:
Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu
dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka.
[al-A’raaf 7:27]
Ciri # 4: Syaitan memiliki suara.
Syaitan juga memiliki suara dan boleh bercakap-cakap, membantah, menyoal, membisik dan menghasut dengannya. Semua ini dapat kita ketahui melalui dialog iblis dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka melainkan iblis; ia berkata:
“Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah (yang di adun)?”
Ia berkata lagi: “Khabarkanlah kepadaku,
inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?
Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat,
tentulah aku akan memancing menyesatkan zuriat keturunannya,
kecuali sedikit (di antaranya).”
Allah berfirman (kepada iblis): “Pergilah (lakukanlah apa yang engkau rancangkan)!
Kemudian siapa yang menurutmu di antara mereka,
maka sesungguhnya neraka Jahannamlah
balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup.
Dan desak serta pujuklah sesiapa yang engkau dapat
memujuknya dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki untuk mengalahkan mereka;
dan turut - campurlah dengan mereka dalam menguruskan harta-benda
dan anak-anak (mereka); dan janjikanlah mereka (dengan janji-janjimu).”
Padahal tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan itu melainkan tipu daya semata-mata.
[al-A’raaf 17:61-64]
Syaitan menggunakan suaranya untuk mengganggu manusia dengan pelbagai cara. Antaranya, bercakap kepada manusia melalui perantaraan batu, pokok, mata air dan haiwan. Umpama seseorang yang masuk ke hutan, tiba-tiba sebuah batu bercakap-cakap kepadanya: “Wahai Azlina! Kamu seorang wanita yang shalihah. Amalan kamu selama ini telah mencukupi. Kini memadai untuk kamu berzikir sahaja, tanpa perlu solat, puasa zakat dan haji.” Percakapan tersebut sebenarnya berasal dari syaitan.
Oleh kerana suara-suara syaitan inilah sebahagian masyarakat menganggap wujudnya “penunggu” atau “penjaga” di kawasan hutan, air terjun, padang pasir dan sebagainya. Kemudian ada pula yang memberi petua, apabila memasuki hutan ucapkanlah selawat kepada nabi sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Apabila menghampiri kawasan air terjun ucapkanlah selawat kepada wali sekian-sekian kerana dia adalah penjaganya. Semua ini hanyalah tipu daya syaitan untuk menyesatkan umat Islam.
Ciri # 5: Syaitan memiliki akal.
Berdasarkan bantahan syaitan kepada Allah, dapat kita mengetahui bahawa syaitan memiliki akal. Ini kerana ia telah menggunakan logik akal untuk membantah perintah Allah, seperti kata-katanya:
· “Patutkah aku sujud kepada (makhluk) yang Engkau jadikan dari tanah?”
· “Khabarkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan mengatasiku?”
Akal adalah sesuatu yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dengan akal tersebut makhluk dapat mentaati dan melaksanakan perintah larangan-Nya dengan cara yang tepat dan betul. Sebaliknya jika akal digunakan untuk mengukur logik atau tidak sesuatu perintah larangan Allah, maka ia adalah suatu penyimpangan yang mengkhianati kurniaan akal itu sendiri.
Ciri # 6: Syaitan ketawa.
Syaitan boleh ketawa. Ini dapat kita ketahui dari hadis berikut:
التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَان.ُ
Menguap adalah dari syaitan. Maka apabila seseorang kalian menguap,
tahanlah sedaya mungkin kerana sesungguhnya
apabila seseorang kalian menguap sambil berbunyi “Haaa”
maka ketawalah syaitan.[3]
Jika tidak dapat menahan diri dari menguap, maka tutuplah mulut yang sedang menguap dengan tangan dan jangan mengeluarkan apa-apa bunyi. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar kita:
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ.
Jika seseorang kalian menguap, maka tutuplah mulut dengan tangannya
kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).[4]
Ada pun bersin, maka ia disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan perbezaan antara menguap dan bersin:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ
فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap.
Maka apabila (seseorang itu) bersin maka pujilah Allah
dan merupakan hak bagi setiap muslim yang mendengar
(saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Ada pun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan.
Tahanlah ia semampu mungkin dan apabila (yang menguap)
berbunyi “Haaa” maka ketawalah syaitan.[5]
Oleh itu Bagi orang yang bersin, hendaklah dia memuji Allah dengan menyebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Bagi yang mendengar orang bersin, dia berdoa:
يَرْحَمُكَ اللهُ.
“Semoga Allah merahmati kamu”.
Kemudian bagi yang bersin, dia menjawab kepada orang yang mendoakannya:
يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ.
“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian.”[6]
Sekali pun bersin adalah sesuatu yang disukai, tidaklah bererti seseorang itu boleh bersin di hadapan muka orang lain, menghamburkan air liurnya atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah radhiallahu ‘anh menerangkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ
أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin,
baginda meletakkan tangannya atau bajunya
ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil merendahkan
(atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.[7]
Ciri # 7: Syaitan memiliki tangan dan jari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ.
Apabila seseorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya
dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.
Ini kerana sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya.[8]
Oleh kerana itu kita umat Islam sangat-sangat ditekan untuk makan dan minum dengan tangan kanannya. Penekanan ini turut merangkumi apa jua perkakas yang digunakan seperti sudu, garpu, chopsticks dan lain-lain, hendaklah semuanya dipegang dengan tangan kanan.
Pernah dahulu seseorang yang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya. Rasulullah menegur: “Makanlah dengan tangan kanan kamu.” Orang itu menjawab: “Aku tidak mampu.” Rasulullah menjawab: “Kamu tidak mampu?” Padahal dia enggan tidak lain kerana kesombongan. Perawi hadis, Salama bin al-Akwa’ radhiallahu 'anh kemudian menerangkan bahawa setelah itu lelaki tersebut tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.[9] Tangan kanannya menjadi lumpuh sejak dia membantah teguran Rasulullah.
Syaitan juga memiliki jari berdasarkan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ
غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ.
Setiap anak Adam (manusia) ketika lahir ditusuk di kedua tepi badannya
oleh syaitan dengan jarinya kecuali ‘Isa ibni Maryam,
syaitan hendak menusuknya tetapi hanya berjaya menusuk uri (ibunya).[10]
Ciri # 8: Syaitan makan dan minum.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “…sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”, kita juga dapat mengetahui syaitan makan dan minum.
Syaitan makan apa-apa yang dibiarkan oleh kita, sama ada yang masih tersisa di pinggan atau apa yang terjatuh darinya. Oleh kerana itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita menghabiskan semua makanan dan mengutip apa yang terjatuh darinya. Tindakan ini bukan sahaja mengelak makanan tersebut daripada diambil oleh syaitan tetapi untuk kita memperoleh keberkatan yang sepenuhnya dari makanan tersebut. Anas bin Malik radhiallahu 'anh berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلاًثَ.
قَالَ وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ. قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ.
Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan,
baginda menjilat jari-jarinya tiga kali.
Anas berkata, bahawa Rasulullah bersabda:
“Jika sesuatu makanan seseorang kalian jatuh,
hendaklah (dia mengambilnya) dan membersihkan apa-apa kotoran
yang melekat padanya lalu memakannya.
Janganlah meninggalkannya untuk syaitan.”
Anas melanjutkan: “(Rasulullah) juga menyuruh kami
untuk menghabiskan apa-apa sisa makanan.”
Baginda berpesan: “Ini kerana kalian tidak tahu
di bahagian manakah pada makanan kalian terdapat keberkatan.”[11]
Untuk mengelakkan apa-apa makanan dari tersisa, hendaklah kita sejak dari awal menyukat jumlah makanan yang diletakkan ke dalam pinggan. Ambil sekadar yang perlu tanpa berlebih-lebihan. Syaitan akan menghasut kita untuk mengambil secara berlebihan kerana berlebihan adalah salah satu bentuk pembaziran dan hubungan antara orang yang membazir dengan syaitan adalah:
Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara Syaitan.
[al-Isra’ 17:27]
Selain itu syaitan minum sambil berdiri.
Pada satu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang yang minum sambil berdiri. Baginda menegur: “Jangan begitu!” Orang itu bertanya: “Mengapa?” Rasulullah menjawab: “Adakah kamu suka minum bersama kucing?” Orang ituu menjawab: “Tidak.” Rasulullah meneruskan:
فَإِنَّهُ قَدْ شَرِبَ مَعَكَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مِنْهُ: الشَّيْطَانُ.
Sesungguhnya telah ikut serta minum bersama kamu
sesuatu yang lebih buruk darinya, iaitu syaitan.[12]
Oleh itu hendaklah kita sedaya upaya mengelakkan diri minum sambil berdiri. Jika suasana tidak mengizinkan, boleh minum sambil berdiri. Ini kerana dalam suasana terpencil lagi terdesak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata:
سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Aku menghidang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air zam-zam
dan baginda meminumnya sambil berdiri.[13]
Ciri # 9: Syaitan membuang air kecil.
Syaitan juga membuang air kecil, khasnya kepada orang yang tidur lena sepanjang malam sehingga matahari naik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya berkenaan orang yang tidur sepanjang malam hingga pagi hari. Baginda menjawab:
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنَيْهِ (أَوْ قَالَ) فِي أُذُنِهِ.
Itu adalah orang yang syaitan kencing dalam kedua-dua telinganya
atau salah satu telinganya.[14]
Ciri # 10: Syaitan memiliki keturunan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya
sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin selain daripada-Ku?
[al-Kahf 18:50]
Ciri # 11: Syaitan memiliki pasukan tenteranya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ إِبْلِيسُ بَثَّ جُنُودَهَ فَيَقُول: مَنْ أَضَلَّ مُسْلِمًا أَلْبَسْتُهُ التَّاجَ.
Pada waktu pagi, iblis mengutus pasukan tenteranya seraya berkata:
“Sesiapa yang berjaya menyesatkan seorang muslim
maka aku akan memakaikan mahkota kepadanya.”[15]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan bertahap-tahaplah dalam memujuk sesiapa yang engkau dapat dengan suaramu;
dan kerahlah penyokong-penyokongmu yang berkuda
serta yang berjalan kaki… [al-Isra’ 17:64]
Dengan pasukan tentera serta para penyokongnya, syaitan berusaha untuk membuat fitnah kepada manusia. Lebih hebat fitnah yang dilakukan, lebih besar pangkat dan anugerah yang dihadiahkan kepada tentera yang berjaya melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan strategi ketenteraan ini:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً.
يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا! فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ
فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ!.
Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas air.
Kemudian dia mengutuskan para tenteranya (untuk memfitnah manusia).
Di antara para tentera itu, mereka yang memiliki kedudukan
yang paling hampir dengannya ialah yang paling hebat dalam membuat fitnah.
Salah seorang dari tentera itu datang dan berkata:
“Saya telah melakukan sekian-sekian!”
Iblis menjawab: “Kamu belum melakukan apa-apa.”
Kemudian datang seorang tentera yang lain dan berkata:
“Tidaklah saya meninggalkan (orang yang saya ganggu) sehinggalah
dia menceraikan isterinya.”
Iblis menghampiri tentera itu dan berkata: “Anda hebat!”[16]
Di antara pasukan tentera syaitan ialah manusia, iaitu mereka yang telah berjaya dipengaruhinya untuk memusuhi Islam dan umatnya. Satu contoh ialah orang-orang musyrik dalam Perang Uhud yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebut sebagai penolong (al-Auliya’) syaitan:
Sesungguhnya yang demikian itu ialah syaitan yang menakut-nakutkan (kamu terhadap)
penolong-penolongnya (kaum kafir musyrik). Oleh itu, janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[‘Ali Imran 3:175]
Ciri # 12: Syaitan mencari tempat bermalam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ.
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ.
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ
قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ.
Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingati Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, berkatalah syaitan (kepada golongannya): “Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam.”
Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah
dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya,
berkatalah syaitan (kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam.”
Apabila seorang tidak mengingati Allah ketika makan,
berkatalah (syaitan kepada golongannya):
“Kalian telah mendapat tempat bermalam dan makan malam.”[17]
Demikian juga apabila kita hendak keluar rumah, maka kuncilah pintu sambil menyebut nama Allah. Nescaya syaitan tidak akan dapat membukanya. Tutuplah juga bekas-bekas makan dan minum, nescaya syaitan tidak dapat membukanya dan mencemarinya. Padamkan juga lampu agar dengan itu syaitan tidak dapat menyebabkan berlakunya kebakaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ.
Dan kuncilah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah
(dengan membaca Bismillah) kerana sesungguhnya syaitan
tidak dapat membuka pintu-pintu yang dikunci (dengan menyebut nama Allah).
Ikatlah kantong-kantong air kalian dan sebutlah nama Allah,
tutuplah bekas-bekas makanan kalian dan sebutlah nama Allah,
walau pun (tutupan) itu sekadar meletakkan sesuatu di atasnya
dan matikanlah lampu-lampu pelita kalian.[18]
Jika syaitan berjaya memasuki rumah untuk bermalam, syaitan akan bermalam dalam hidung para penghuni rumah tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا اسْتَيْقَظَ (أُرَاهُ أَحَدُكُمْ) مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ
فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ.
Apabila seseorang kalian bangun dari tidurnya dan berwudhu’,
maka (sedutlah air ke dalam hidungnya dan)
hembuslah air itu keluar sebanyak tiga kali
kerana sesungguhnya syaitan bermalam di lubang hidung kalian.[19]
Ciri # 13: Syaitan dapat bergerak pantas.
Makhluk jin dapat bergerak pantas, sekali pun dengan membawa beban yang amat besar lagi berat. Ini dapat kita ketahui dari sejarah Nabi Sulaiman ‘alaihi salam:
Nabi Sulaiman berkata pula: “Wahai pegawai-pegawaiku,
siapakah di antara kamu yang dapat membawa kepadaku singgahsananya
(Puteri Balqis dari Yaman ke Baitul Maqdis)
sebelum mereka datang mengadapku dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?”
Berkatalah Ifrit dari golongan jin:
“Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun
dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat
gagah untuk membawanya, lagi amanah.”
[al-Naml 27:38-39]
Syaitan adalah dari jenis jin dan dengan itu kita mengetahui bahawa ia juga dapat bergerak pantas. Antara ketika ia bergerak pantas adalah apabila azan dilaungkan:
إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا نُودِيَ بِالصَّلاَةِ وَلَّى وَلَهُ حُصَاصٌ.
Sesungguhnya syaitan apabila dikumandangkan azan,
ia akan berpaling dan lari dengan pantas.[20]
Ciri # 14: Syaitan dapat bergerak dalam badan manusia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ.
Sesungguhnya syaitan bergerak dalam badan anak Adam
(manusia) seperti aliran darah.[21]
Ciri # 15: Syaitan dapat mempengaruhi manusia.
Tetap merujuk kepada hadis di atas berkenaan pergerakan syaitan dalam badan manusia, ia secara lebih terperinci berlaku ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang beriktikaf di masjid dan isterinya Shafiyyah radhiallahu 'anha datang menziarahi baginda. Kemudian apabila Shafiyyah ingin pulang, Rasulullah mengiringinya hingga ke pintu masjid. Pada saat itu, dua orang sahabat dari kalangan Ansar radhiallahu 'anhuma berlalu dan nampak Rasulullah bersama seorang wanita. Mereka berdua tidak tahu siapakah wanita tersebut kerana para isteri Rasulullah memakai tudung yang juga menutupi muka.
Untuk mengelakkan salah faham, Rasulullah memanggil dua lelaki tersebut dan menerangkan bahawa wanita yang bersamanya ialah Shafiyyah, isteri baginda. Kedua-dua lelaki itu menjawab: “Subhanallah!”, seolah-olah bermaksud: “Maha Suci Allah, tidaklah kami sekali-kali akan berburuk sangka kepadamu wahai Rasulullah!” Kemudian Rasulullah membalas:
Flowchart: Document: Apabila seseorang itu melakukan perkara yang aneh atau berlainan dari kebiasaan, hendaklah dia serta merta menjelaskan perbuatannya itu kepada orang-orang di sekeli-lingnya bagi mengelak syaitan mempengaruhi orang-orang tersebut dengan sesuatu sangkaan yang buruk. إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ
أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا (أَوْ قَالَ) شَيْئًا.
“Sesungguhnya syaitan bergerak dalam badan manusia seperti aliran darah.
Sesungguhnya aku bimbang ia melemparkan keburukan
atau sesuatu sangkaan dalam hati kalian berdua.[22]
Rasulullah membalas dengan menerangkan ciri-ciri syaitan yang mampu bergerak dalam badan manusia dan mempengaruhi hati manusia untuk berburuk sangka. Kedua-dua sahabat tersebut pada awalnya tidak berprasangka apa-apa terhadap Rasulullah. Akan tetapi mungkin sahaja syaitan menyelinap masuk dalam tubuh mereka beberapa saat kemudian sambil membisikkan sesuatu yang buruk, konon Rasulullah berdua-duaan dengan wanita yang tidak halal bagi baginda. Maka sebelum syaitan dapat memasuki dan mempengaruhi dengan sesuatu yang buruk, Rasulullah menerangkan bahawa wanita tersebut ialah Shafiyyah, isteri baginda sendiri.[23]
Berdasarkan hadis ini dapat diketahui ciri-ciri syaitan yang mampu mempengaruhi manusia dengan sesuatu yang menyelisihi tuntutan al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia tidak terhad kepada berburuk sangka tetapi meliputi sikap-sikap lain seperti:
*
Syaitan mempengaruhi pemikiran manusia:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟
حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ.
Syaitan mendatangi seseorang kalian dan bertanya:
“Siapakah yang mencipta itu? Siapakah yang mencipta ini?”
sehinggalah ia bertanya: “Siapakah yang mencipta tuhan kamu?”
Maka jika ia bertanya soalan itu,
mintalah perlindungan dari Allah dan sudahilah
(dari melayani fikiran atau pertanyaan sedemikian).[24]
*
Syaitan berbisik kepada manusia:
Syaitan mampu berbisik kepada manusia sebagaimana ia mampu berbisik kepada Adam:
Setelah itu maka syaitan membisikkan kepadanya dengan berkata:
“Wahai Adam, mahukah aku tunjukkan kepadamu
pohon yang menyebabkan hidup selama-lamanya
dan kekuasaan yang tidak akan hilang lenyap?”
[Ta-Ha 20:120]
Bisikan syaitan lazimnya ke arah sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Atau sesuatu yang kelihatan seolah-olah selari dengan Islam padahal sebenarnya bertentangan. Bagi setiap manusia ada di sisinya malaikat dan syaitan, masing-masing membisikkan sesuatu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan hakikat ini:
إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً
فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ
وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ
فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ
وَمَنْ وَجَدَ الأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.
Sesungguhnya bagi setiap anak Adam (yakni manusia)
ada sentuhan (bisikan) syaitan dan sentuhan (bisikan) malaikat.
Ada pun sentuhan syaitan, ia mengajak kepada keburukan dan mendustakan kebenaran.
Manakala sentuhan malaikat, ia mengajak kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran.
Maka sesiapa yang merasai sentuhan (bisikan) kebaikan,
ketahuilah bahawa ia adalah dari Allah (melalui perantaraan malaikat)
dan hendaklah dia memuji Allah (dengan menyebut Alhamdulillah).
Sebaliknya sesiapa yang merasai sentuhan (bisikan) sebaliknya
hendaklah dia meminta perlindungan Allah daripada syaitan
(dengan menyebut A’uzubillahi minash syaitan nirrajim).[25]
Satu contoh mudah ialah adab minum air sebagaimana yang telah diterangkan dalam ciri syaitan # 8. Ketika anda memegang segelas air untuk minum, tiba-tiba hati anda berbisik untuk minum sambil duduk. Itu adalah bisikan malaikat. Kemudian muncul pula bisikan lain yang berkata: “Alaah! Tak mengapa, seteguk saja. Menyusahkan saja untuk duduk.” Itu adalah bisikan syaitan. Lawanlah ia dengan mengucap “A’uzubillahi minash syaitan nirrajim” kemudian duduk dan minumlah.
*
Syaitan mempengaruhi imajinasi manusia:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ
فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ.
Sesungguhnya seorang wanita tampil dalam gambaran syaitan
dan membelakangi dalam gambaran syaitan.
Maka jika seseorang kalian melihat wanita (yang dia tertarik dengannya),
maka kembalilah kepada isterinya
kerana itu akan menolak (lintasan jahat) dalam dirinya.[26]
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan kemampuan syaitan membentuk gambaran atau imajinasi pada pemikiran seorang lelaki yang melihat wanita. Semua ini akan menyebabkan lelaki itu mula mengkhayal secara seksual akan wanita tersebut. Perkara ini tidak saja dilakukan oleh syaitan kepada lelaki yang melihat wanita tetapi juga kepada wanita yang melihat lelaki.
Gambaran atau imajinasi yang dibuat oleh syaitan dapat ditolak dengan masing-masing kembali kepada pasangannya. Jika belum bernikah atau tidak dapat kembali, maka jagalah pandangan masing-masing sejak dari awal.
*
Syaitan mempengaruhi tumpuan atau fokus manusia:
Antara tumpuan yang masyhur diganggu syaitan ialah kekhusyukan ketika solat dan membaca al-Qur’an. Seorang sahabat bernama ‘Utsman bin Abi al-‘Ash radhiallahu 'anh mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya syaitan menghalang antaraku dan solat serta bacaan al-Qur’anku, dan ia selalu mengelirukan aku.” Maka Rasulullah menjawab:
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا.
Itulah syaitan yang disebut sebagai “Khanzab”,
maka apabila merasai gang-guannya,
mohonlah perlindungan Allah darinya
dan ludahlah ke kiri sebanyak tiga kali.
‘Utsman bin al-‘Ash kemudian berkata:
“Aku melakukan itu dan Allah menjauhkan gangguan syaitan itu dariku.”[27]
Syaitan tidak saja mengganggu tumpuan solat tetapi aja jua aktiviti lain yang dilakukan kerana agama. Sebagai contoh, apabila anda ingin membaca buku agama, syaitan akan mengganggu tumpuan anda dengan tangisan bayi, anak yang meminta perhatian, perasaan mengantuk dan kesukaran untuk faham.
*
Syaitan mempengaruhi motivasi manusia melakukan kebaikan:
Syaitan mampu mempengaruhi motivasi kita apabila ingin melakukan sesuatu aktiviti demi kebaikan agama, seperti mengkaji al-Qur’an dan hadis, bersedekah, membuat kerja sukarelawan, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berdakwah kepada orang ramai. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan tidaklah Kami mengutuskan sebelummu seorang Rasul
atau seorang Nabi melainkan apabila dia bercita-cita
(untuk kebaikan agama yang dibawanya),
maka syaitan pun melemparkan hasutannya
mengenai usaha Rasul atau Nabi itu (dari) mencapai cita-citanya.
[al-Hajj 21:52]
Nah! Jika syaitan menghasut dan mengganggu para Nabi dan Rasul, sudah tentu syaitan juga akan menghasut dan mengganggu kita. Oleh kerana itulah, apabila kita ingin melakukan sesuatu aktiviti demi kebaikan agama, kita merasa sukar untuk memberi tumpuan penuh kepadanya. Selain itu akan ada saja pelbagai faktor yang menghalang atau menyukarkan sehingga kita hilang motivasi untuk meneruskannya. Ketahuilah bahawa semua itu adalah dari syaitan, maka lawanlah ia. Berhenti dari melakukan aktiviti yang dirancang adalah tanda mengalah kepada syaitan. Sebaliknya meneruskan apa yang dirancang dengan penuh motivasi dan dedikasi adalah tanda kemenangan di atas syaitan.
Antara contoh aktiviti yang dimaksudkan ialah bersedekah, dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman!
Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik,
dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu sengaja memilih
yang buruk daripadanya (lalu kamu dermakan
atau kamu jadikan pemberian zakat),
padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu
(kalau diberikan kepada kamu),
kecuali dengan memejamkan mata padanya.
Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya,
lagi sentiasa Terpuji.
Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan kepapaan
(jika kamu bersedekah atau menderma),
dan ia menyuruh kamu melakukan perbuatan yang keji (bersifat bakhil kedekut);
sedangkan Allah menjanjikan kamu (dengan) keampunan daripada-Nya
serta kelebihan kurnia-Nya. Dan (ingatlah),
Allah Maha Luas limpah rahmat-Nya,
lagi sentiasa Meliputi Pengetahuan-Nya.
[al-Baqarah 2:267-268]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan sikap terburu-buru.
Jika dalam kes di atas syaitan mempengaruhi kita dengan sikap negatif seperti malas, tidak berminat dan tiada motivasi, maka sebaliknya syaitan juga mampu mempengaruhi kita dengan sikap tergesa-gesa. Akhirnya berlaku apa yang berlawanan, seperti terlebih bersemangat (over excited), melampaui batas, mengharapkan hasil serta-merta dan kelam-kabut. Kemudian apabila apa yang diinginkan tidak menjadi, sikap tergesa-gesa di atas beralih kepada berputus asa, merungut, menuduh orang lain atas kegagalan diri sendiri dan sebagainya.
Ada pun Islam, maka ia menganjurkan sikap yang dipertengahan antara malas dan tergesa-gesa. Sikap tersebut ialah tenang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اَلتَّأَنِيْ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
Ketenangan adalah dari Allah manakala ketergesa-gesaan adalah dari syaitan.[28]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan perasaan cemburu:
Isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, A’isyah radhiallahu 'anha menerangkan pada satu malam baginda keluar dari rumahnya dan ini menyebabkan dia merasa cemburu. Kemudian Rasulullah kembali ke rumah dan mendapati dia sedang dalam keadaan yang cemburu. Lalu baginda bertanya:
مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ؟ أَغِرْتِ؟ فَقُلْتُ: وَمَا لِي لاَ يَغَارُ مِثْلِي عَلَى مِثْلِكَ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ؟
قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ مَعِيَ شَيْطَانٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ؟
قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: نَعَمْ وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ.
“Apa jadi kepada kamu wahai A’isyah? Adakah kamu cemburu?”
“Takkanlah aku tidak cemburu kepada orang seperti anda?”
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan:
“Apakah telah datang kepadamu syaitan kamu?”
“Wahai Rasulullah! Apakah bersama aku ada syaitan?”
“Ya.”
“Dan (apakah syaitan itu ada) pada setiap manusia?”
“Ya.”
(Apakah syaitan juga) bersama kamu wahai Rasulullah?”
“Ya, akan tetapi Tuhanku telah menolongku darinya
sehingga aku selamat dari gangguannya.”[29]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan perasaan marah:
Sulaiman bin Shurd radhiallahu 'anh berkata:
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ
فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي لأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ
لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ.
Ketika aku sedang duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
dua orang sedang bertengkar sehingga salah seorang dari mereka
menjadi merah wajahnya dan urat-urat lehernya timbul keluar.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah yang jika diucapkan
nescaya kemarahannya akan hilang. Iaitu sebutlah
“A’uzubillahi minash syaitan” nescaya kemarahannya akan hilang.[30]
Terdapat dua faktor di sebalik kemarahan. Pertama ialah faktor peribadi, seperti orang yang marah kerana kedudukannya tidak dihormati atau kerana barangnya telah dirosakkan. Ini adalah marah yang tercela dan perlu dihindarkan. Kedua ialah faktor agama, seperti seorang muslim yang merasa marah kerana ajaran agamanya dirosakkan oleh muslim yang lain atau marah apabila umat Islam dizalimi oleh kaum lain. Ini adalah marah yang terpuji, akan tetapi tidaklah bermakna seseorang itu boleh terus bertindak kasar kerananya. Yang dituntut ialah tetap tenang dan berlemah lembut untuk menangani orang yang menyebabnya marah. Sikap tenang adalah berdasarkan hadis yang dikemukakan sebelum ini:
اَلتَّأَنِيْ مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
Ketenangan adalah dari Allah manakala ketergesa-gesaan adalah dari syaitan.[31]
Manakala sikap lemah lembut adalah berdasarkan hadis:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.
Sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut dalam segala urusan.[32]
Jika dirujuk kepada sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan ditemui beberapa ketika baginda marah atas faktor agama. Akan tetapi kemarahan tersebut tidaklah menyebabkan baginda mengeluarkan kata-kata yang kotor atau bertindak ganas. Sebaliknya baginda hanya memberi teguran yang tenang lagi lemah lembut. Satu contoh ialah kisah berikut yang diriwayatkan oleh Abu Mas‘ud al-Anshari radhiallahu 'anh.
Beliau menceritakan, seorang lelaki telah datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah! Aku pernah mundur dari solat (berjamaah) disebabkan si-fulan (imamnya) membaca surah yang panjang.” (Abu Mas‘ud) menyambung: Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam amat dahsyat kemarahannya dalam rangka memberi nasihat berbanding pada saat itu. Lalu baginda bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ
فَإِنَّ فِيهِمْ الْمَرِيضَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Wahai manusia! Sesungguhnya di antara kalian
ada yang membuat orang-orang lari dari solat berjamaah.
Maka sesiapa yang mengimami manusia,
hendaklah dia meringankan (memendekkan) bacaan
kerana sesungguhnya di kalangan mereka (makmum)
ada yang sakit, lemah dan berurusan.[33]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan sifat lupa:
Terdapat dua jenis lupa. Pertama lupa dalam urusan harian seperti lupa dimana letaknya anak kunci rumah atau lupa membeli barang tertentu di kedai runcit. Kedua lupa dalam urusan agama seperti lupa solat atau hafalan al-Qur’an. Lupa jenis kedua berasal dari syaitan, kerana syaitan dapat mempengaruhi manusia dengan sifat lupa. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dan apabila engkau melihat orang-orang
yang memperkatakan dengan cara mencaci atau mengejek-ejek ayat-ayat Kami,
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka memperkatakan soal yang lain;
dan jika engkau dilupakan oleh syaitan (lalu engkau duduk bersama mereka),
maka janganlah engkau duduk lagi bersama-sama kaum yang zalim itu,
sesudah engkau mengingati (akan larangan itu).
[al-An’aam 6:68]
Walaubagaimana pun sesetengah kes lupa dari jenis pertama boleh berasal dari pengaruh syaitan kerana dengan kelupaan tersebut, seseorang itu mungkin menjadi marah dan merungut. Sikap negatif seperti ini adalah sesuatu yang disukai oleh syaitan. Maka jika lupa dalam urusan harian, hendaklah tetap tenang dan seterusnya mencari jalan untuk mengelaknya dari berulang pada masa akan datang. Satu contoh lupa jenis pertama ini yang berpunca dari syaitan ialah kisah berikut yang berlaku pada zaman Nabi Musa ‘alaihi salam:
Temannya berkata: “Tahukah apa yang telah terjadi
ketika kita berehat di batu besar itu?
Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu
dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa
daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan syaitan;
dan ikan itu telah menggelunsur menempuh jalannya di laut
dengan cara yang menakjubkan.”
[al-Kahf 18:63]
*
Syaitan mempengaruhi manusia dengan kesakitan:
Penyakit adalah sesuatu yang lazim dialami oleh manusia. Akan tetapi syaitan turut serta dengan sesuatu penyakit dengan menambah pengaruh kesakitan, kepayahan, kesengsaraan dan keluhan yang dialami:
Dan (ingatkanlah peristiwa) hamba Kami, Nabi Ayub,
ketika dia berdoa merayu kepada Tuhannya
(ketika menghadapi penyakitnya) dengan berkata:
“Sesungguhnya aku diganggu oleh syaitan dengan kesusahan dan siksaan.”
[Shad 38:41]
*
Syaitan mempengaruhi manusia untuk berbuat jahat:
Syaitan mampu mempengaruhi seseorang atau menghasutnya untuk berbuat jahat. Antara kejahatan tersebut ialah mengganggu orang yang sedang solat dengan cara sengaja melintas di hadapannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ.
Apabila seseorang kalian solat dengan menghadap sesuatu
(yang diletakkan) sebagai penghadang dari (lalu lintas) orang lain,
lalu ada orang yang hendak melintas di antaranya
dan penghadang itu, maka tahanlah dia.
Jika dia enggan (dan tetap berkeras untuk melintas)
maka tahanlah dia dengan lebih tegas
kerana dia tidak lain ialah syaitan.[34]
Dalam hadis di atas, yang akan melintas di hadapan orang yang sedang solat bukanlah syaitan tetapi orang yang dipengaruhi atau dihasut oleh syaitan. Ini kerana dalam sebuah riwayat lain, hadis di atas diakhiri dengan lafaz “…kerana sesungguhnya syaitan bersama dia.”[35]
Inilah juga yang dimaksudkan sebagai “syaitan-syaitan manusia” dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu
musuh dari syaitan-syaitan manusia dan jin,
setengahnya membisikkan kepada setengahnya yang lain
kata-kata dusta yang indah-indah susunannya
untuk memperdaya pendengarnya.
[al-An’aam 6:112]
Yang dimaksudkan dengan “syaitan-syaitan manusia” ialah manusia yang dipengaruhi dan dihasut oleh syaitan untuk berbuat jahat dan menjadi musuh kepada para Nabi. Penafsiran ini adalah berdasarkan perbezaan asal usul kedua-duanya, dimana syaitan berasal dari api manakala manusia berasal dari tanah.
Dalam rangka berbuat jahat, syaitan bukan sahaja mempengaruhi manusia tetapi juga mempengaruhi haiwan untuk berbuat jahat kepada manusia. Salah satu darinya ialah mempengaruhi tikus untuk menjatuhkan lampu-lampu pelita agar dengan itu dapat berlaku kebakaran di rumah.
‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma menerangkan bahawa pernah seekor tikus menolak sebuah lampu pelita sehingga tumbang di atas tikar yang sedang diduduki oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu terbakarlah tikar tersebut sebesar saiz satu dirham. Melihat yang sedemikian Rasulullah bersabda:
إِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدُلُّ مِثْلَ هَذِهِ عَلَى هَذَا فَتُحْرِقَكُمْ.
Apabila kalian hendak tidur maka padamkanlah lampu pelita kalian
kerana sesungguhnya syaitan menunjuki ini (tikus) kepada itu (lampu pelita)
sehingga kalian terbakar.[36]
Demikian beberapa kemampuan syaitan untuk mempengaruhi manusia. Selain apa yang disebut di atas, syaitan juga mampu mempengaruhi dengan sikap-sikap buruk yang lain. Tidak ketinggalan ialah sikap-sikap yang menyebabkan ia diusir dari langit, iaitu ujub, menghina, mengunggulkan akal di atas wahyu dan mempersoalkan wahyu.
Dalam kehidupan harian kita, sudah pasti satu atau lebih dari sikap-sikap di atas mempengaruhi kita. Pada waktu pagi kita mungkin marah, pada waktu petang kita mungkin cemburu, pada waktu petang kita mungkin berburuk sangka dengan rakan dan pada waktu malam kita mungkin merasa malas untuk pergi ke kuliah agama. Semua ini adalah pengaruh syaitan, maka lawanlah ia dengan mengucap “A’uzubillahi minash syaitan nirrajim” dan tinggalkan sikap-sikap yang buruk tersebut.
Ciri # 16: Syaitan dapat merasuk manusia.
Dalam dua ciri di atas, kita telah mempelajari kemampuan syaitan untuk bergerak dalam diri manusia dan melakukan pelbagai pengaruh ke atas manusia yang dimasukinya. Dalam suasana itu manusia yang dipengaruhi masih dalam keadaan yang normal. Akan tetapi adakalanya syaitan dapat mempengaruhi manusia hingga mengubah perwatakan dan tingkah lakunya, menjadi seolah-olah orang yang gila. Inilah yang disebut sebagai kerasukan atau histeria. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan tentang kemampuan syaitan ini:
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri betul melainkan seperti berdirinya
orang yang dirasuk syaitan dengan terhuyung-hayang kerana sentuhan (syaitan) itu.
[al-Baqarah 2:275]
Kerasukan tidak saja terhad kepada orang yang melibatkan diri dalam urusniaga riba, tetapi meluas kepada pelbagai keadaan yang lain. Merujuk kepada persoalan kerasukan dan hubungkaitnya dengan syaitan, manusia terbahagi kepada tiga golongan:
1.
Mereka yang menafikannya. Golongan ini berkata, kerasukan tidak berpunca dari syaitan sebaliknya berpunca dari penyakit tertentu seperti gangguan saraf, perubahan hormon, tekanan jiwa (stress) dan sebagainya. Penyakit-penyakit ini dapat dihentikan dengan mengambil ubat.
2.
Mereka yang berlebih-lebihan. Golongan ini mengakui bahawa kerasukan berpunca dari syaitan. Akan tetapi mereka berlebih-lebihan dalam menyandarkannya kepada syaitan sehingga apa jua perubahan tingkah laku (behaviour) yang dihadapi oleh seseorang, mereka menganggapnya sebagai kerasukan syaitan.
3.
Mereka yang berada di pertengahan antara golongan pertama dan kedua. Golongan ketiga ini berkata kerasukan boleh berpunca dari penyakit dan boleh juga berpunca dari syaitan. Maka kerasukan pertama (penyakit) dihentikan dengan ubat-ubatan manakala kerasukan kedua (syaitan) dihentikan dengan zikir-zikir yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Jika tidak pasti kerasukan yang dialami oleh seseorang sama ada berpunca dari penyakit atau syaitan, maka ia dihentikan dengan ubat dan zikir.
Ada pun hujah golongan pertama bahawa kerasukan hanya berpunca dari penyakit, mereka membuktikannya dengan pelbagai penemuan baru tentang apa yang sedang berlaku dalam badan. Bahkan dengan peralatan serba canggih masa kini, mereka dapat menunjuk secara tepat bahagian saraf yang sedang mengalami gangguan dan keadaan hormon badan yang tidak seimbang. Maka apabila diberi ubat, apa yang dianggap sebagai kerasukan dapat dihentikan.
Akan tetapi, sekali pun dengan segala penemuan dan alat canggih tersebut, tetap timbul satu persoalan yang masih tidak dapat dijawab oleh para pakar perubatan: Mengapa saraf mengalami gangguan dan mengapa sebahagian kelenjar merembeskan hormon secara berlebihan? Benar, bahawa semua itu dapat dihentikan dengan mengambil ubat tertentu. Akan tetapi mengapakah kerasukan berulang apabila ubat habis dimakan?
Jawapannya dapat diperolehi dengan mengkaji peranan syaitan. Apabila syaitan memasuki tubuh badan manusia, ia mampu mengganggu kestabilan saraf dan keseimbangan hormon. Bahkan ia mampu melakukan pelbagai lagi yang tidak dianggap sebagai kerasukan, seperti mematikan saraf (paralyse), menyumbat saluran darah (blood clot) dan merangsang sel-sel tertentu untuk berkembang dengan pantas secara tak terkawal (tumor and cancer). Semua ini amat mudah bagi syaitan dan semua ini akan diakui oleh sesiapa yang mengkaji secara teliti kesemua ciri-ciri syaitan yang dikupas dalam bab ini.
Walaubagaimana pun, ini tidaklah bererti semua penyakit dan gangguan tingkah laku berpunca dari syaitan. Sebahagiannya berpunca dari faktor lain seperti gizi pemakanan yang tidak seimbang, kecederaan fizikal, tekanan jiwa, usia tua dan sebagainya. Maka tidaklah benar anggapan golongan kedua bahawa semua perubahan kelakuan berpunca dari syaitan.
Yang benar adalah bahawa kerasukan mungkin berpunca dari penyakit dan mungkin juga berpunca dari syaitan. Maka apa yang berpunca dari penyakit, ia dihentikan dengan ubat-ubatan yang diberi oleh doktor pakar manakala apa yang berpunca dari syaitan, ia dihentikan dengan zikir-zikir yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Jika tidak pasti sama ada kerasukan berpunca dari penyakit atau syaitan, maka kedua-dua kaedah digunakan serentak untuk menghentikannya.
Seterusnya, peranan syaitan dalam menyebabkan kerasukan kepada manusia terbahagi kepada dua kategori:
Kategori Pertama: Kerasukan yang dilakukan oleh syaitan berdasarkan kemahuannya sendiri. Sengaja syaitan merasuk manusia untuk menyesatkannya, mengkafirkannya, mensyirikkannya dan memasukkan mangsa tersebut ke dalam neraka. Semua ini dapat dicapai oleh syaitan apabila mangsa atau orang di sekelilingnya cuba mengubati kerasukan itu dengan cara yang berbeza dari tunjuk ajar Rasulullah, bahkan dengan cara yang dilarang oleh Islam.
Kategori Kedua: Kerasukan yang dilakukan oleh syaitan berdasarkan perintah tuannya. Ini disebut sebagai sihir. Sihir adalah satu tindakan jahat yang memerlukan dua unsur utama:
1.
Manusia sebagai ahli sihir sekali gus merangkap jawatan “Tuan”.
2.
Syaitan sebagai khadam yang melakukan kerja sihir yang diperintah oleh tuannya.
Melalui sihir syaitan dapat mencapai beberapa objektifnya. Secara terperinci:
· Objektif Menyesatkan: Apabila orang yang terkena sihir berubat, lazimnya mereka tidak tahu cara perubatan sahih yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka berjumpa dengan mana-mana bomoh atau ustaz yang masyhur di sisi masyarakat untuk berubat dan menerima apa saja kaedah perubatan yang diberikan olehnya. Bahkan mereka tidak tahu apakah maksud jampi-jampian yang dibacakan ke atas mereka. Akibatnya, mereka telah meninggalkan jalan Rasulullah kepada jalan lain yang menyesatkan.
· Objektif Memusyrikkan: Apabila orang yang terkena sihir berubat, lazimnya mereka meletakkan keyakinan bahawa pengaruh kesembuhan adalah dari bomoh atau ustaz yang sedang mengubatinya beserta bacaan-bacaan jampi mereka. Padahal satu-satunya pengaruh untuk kesembuhan ialah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apabila keyakinan seseorang terhadap kuasa yang dapat memberi manfaat dan mudarat kepadanya beralih dari Allah kepada sesuatu yang lain, dia telah syirik kepada Allah.
· Objektif Mengkafirkan: Satu contoh mudah, apabila Jamal ingin berbuat jahat kepada Jamilah, dia akan menemui seorang ahli sihir bernama Ahmad dan menyampaikan hajatnya. Ahmad akan memerintah khadamnya, yakni syaitan, untuk membuat apa yang dihajatkan oleh Jamal ke atas Jamilah. Perbuatan itu pelbagai, dari muntah darah, gangguan pemikiran sehinggalah kepada kerasukan. Inilah yang lazim disebut sebagai “kena buat orang!”
Untuk melawan buatan sihir itu, Jamilah akan pergi menemui seorang ahli sihir lain bernama Kamal dan menyampaikan hajatnya. Kamal akan memerintahkan khadamnya, yakni syaitan, untuk membuatkan apa yang dihajatkan oleh Jamilah ke atas Jamal. Demikianlah ia berulang antara Jamal dan Jamilah.
Dalam contoh di atas, syaitan berjaya mengkafirkan kesemua Jamal, Jamilah, Ahmad dan Kamal. Sekali pun syaitan disebut sebagai “khadam”, sebenarnya ia adalah tuan kepada semua yang terbabit, termasuklah Ahmad dan Kamal. Syaitan hanya berpura-pura menjadi khadam asalkan dengan itu tercapailah objektifnya untuk mengkafirkan manusia.
Sesiapa saja yang terlibat dengan sihir, sama ada untuk menyihir atau melawan sihir dengan sihir, akan menjadi kafir berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Mereka mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak syaitan
dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman,
padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu,
akan tetapi syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya);
Kerana merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir
dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat:
Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon),
sedang mereka berdua tidak mengajar seseorang pun
melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata:
“Sesungguhnya kami ini hanyalah cubaan (untuk menguji imanmu),
oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajari sihir).”
[al-Baqarah 2:102]
. Objektif memasukkan ke dalam neraka: Orang yang berurusan dengan sihir akan menerima padah yang buruk di Hari Akhirat, termasuk diazab di dalam neraka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan sebenarnya mereka mempelajari perkara (sihir)
yang hanya membahayakan mereka
dan tidak memberi manfaat kepada mereka.
Dan demi sesungguhnya mereka telahpun mengetahui
bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu,
tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di Akhirat.
Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka,
kalaulah mereka mengetahui.
[al-Baqarah 2:102][37]
Ciri # 17: Syaitan dapat mempengaruhi mimpi manusia.
Syaitan bukan sahaja mempengaruhi hati manusia tetapi juga mimpi yang dialami oleh manusia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan:
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنْ اللَّهِ وَالْحُلُمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلُمًا يَخَافُهُ
فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ.
Mimpi yang baik adalah dari Allah manakala mimpi yang buruk adalah dari syaitan.
Maka apabila seseorang kalian mengalami mimpi buruk yang menakutkannya,
hendaklah dia meludah ke arah kirinya dan minta perlindungan
dari Allah dari keburukannya kerana setelah itu ia
(mimpi tersebut) tidak akan mengakibatkan apa-apa kemudaratan.[38]
Mimpi buruk dari syaitan tidak terhad kepada sesuatu yang mengerikan (nightmare) sahaja. Dalam rangka mempengaruhi mimpi manusia, syaitan adakalanya menjelma sebagai seorang syaikh, wali atau tuan guru lalu menyampaikan sesuatu ajaran agama, seperti zikir-zikir dan amal ibadah yang menyalahi apa yang diajar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Orang yang sedang bermimpi menduga dia telah mendapat mimpi yang baik dari Allah padahal yang benar dia mendapat mimpi yang buruk dari syaitan. Dia menyangka telah mendapat satu syari‘at khusus dari Allah berbanding syari‘at awam yang dibawa oleh Rasulullah, padahal yang dia dapati hanyalah syari‘at kesesatan dari syaitan.
Berkaitan mimpi, ramai orang yang salah faham tentang hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَكَوَّنُنِي.
Sesiapa yang melihat aku dalam mimpi maka sungguh dia telah melihat dengan benar
kerana syaitan tidak dapat menyerupai aku.[39]
Mereka menganggap siapa jua yang mereka temui dalam mimpi yang memiliki ciri-ciri berjambang, memakai serban dan jubah putih serta menaiki unta dalam suasana padang pasir atau sedang berteduh di bawah pohon kurma, maka orang itu ialah Rasulullah.
Memang benar bahawa syaitan tidak boleh menjelma sebagai Rasulullah. Akan tetapi syaitan boleh menjelma sebagai seseorang lain lalu orang yang bermimpi mendakwa itu adalah Rasulullah. Lebih-lebih lagi apabila orang itu sendiri sebelum tidur melakukan sekian-sekian zikir dan selawat yang dipercayai boleh menghadirkan Rasulullah dalam mimpinya. Maka syaitan datang menjelma dalam mimpi sebagai seseorang yang berjambang, berserban, berjubah dan menaiki unta, lalu segera dianggap oleh orang yang bermimpi: Itu adalah Rasulullah.
Ciri # 18: Syaitan dapat beraktiviti.
Syaitan adalah satu makhluk yang memiliki kemahiran membuat, bertindak dan beraktiviti. Antara aktiviti tersebut ialah membuat bangunan dan menyelam untuk Nabi Sulaiman ‘alaihi salam:
(Sulaiman berdoa): “Wahai Tuhanku! Ampunkanlah kesilapanku
dan kurniakanlah kepadaku sebuah kerajaan
yang tidak akan ada pada sesiapapun kemudian daripadaku;
sesungguhnya Engkaulah yang sentiasa Melimpah kurnia-Nya.”
Maka (Kami kabulkan permohonannya lalu) Kami mudahkan baginya
menggunakan angin yang bertiup perlahan-lahan menurut kemahuannya,
ke arah mana sahaja yang hendak ditujunya.
Dan (Kami mudahkan bagi Sulaiman memerintah) syaitan:
golongan-golongan yang pandai mendirikan bangunan dan yang menjadi penyelam.
[Shad 38:35-37]
Jika syaitan mampu membina bangunan dan menyelam, maka mudah sangatlah bagi ia untuk melakukan aktiviti yang dianggap masyarakat sebagai satu mukjizat atau Karamah seperti air yang tiba-tiba mengalir keluar dari tanah yang tandus, makanan yang datang dari arah kubur seorang syaikh, al-Qur’an yang terbuka dan tertutup dengan sendirinya, lampu atau pelita yang menyala dan padam dengan sendirinya dan aktiviti-aktiviti lain yang di luar adat kebiasaan.
Syaitan melakukan semua itu kerana dua sebab:
1.
Syaitan tersebut dipelihara oleh tuannya dan tuannya ingin agar masyarakat menghormati dia dan menganggap dia sebagai wali. Maka dia mengarahkan syaitan peliharaannya melakukan aktiviti-aktiviti di luar adat kebiasaan untuk memberi pengaruh kepada masyakarat. Dengan ketipan jarinya, lampu akan menyala. Dengan tepukan tangan, rumah jiran yang condong ditiup angin kuat kembali tegak. Dengan satu senyuman, gadis yang kerasukan tiba-tiba sembuh dan tersenyum. Dengan mengangkat kedua tangannya, perahu yang tenggelam di laut dalam akan timbul. Bahkan syaitan mampu membawanya terbang dan bergerak pantas (Lihat Ciri # 13). Fenomena terakhir ini lazim dilakukan oleh pakar-pakar seni mempertahankan diri dimana mereka boleh terbang sambil melawan atau mengejar musuh. Ia juga dilakukan oleh para syaikh tareqat: sarapan di Masjidil Haram, makan tengahari di Masjidil Aqsa, minum petang di Kandahar, makan malam di rumahnya. Semua ini akan menyebabkan masyarakat memandang mereka sebagai seorang wali Allah.
2.
Syaitan ingin menyesatkan masyarakat setempat dan membawa fitnah kepada seorang hamba yang shalih. Maka syaitan menerbitkan mata air di tanah tandus berhampiran rumah orang shalih itu, menempatkan awan di atas rumahnya agar sentiasa teduh, mengarahkan angin untuk meniup daun-daun kering dari laman rumahnya dan membuka pintu pagar bagi sesiapa yang berhajat untuk mengunjunginya. Aktiviti-aktiviti di luar adat kebiasaan sebegini akan menyebabkan masyarakat segera menganggap orang shalih tersebut sebagai wali Allah.
Dalam kedua-dua kes di atas, apabila masyarakat mula menganggap seseorang itu sebagai wali Allah, mereka akan bersegera mengambil berkat darinya, meminta air jampi darinya, berdoa dengan perantaraannya, menggantung potretnya dan bersolat dengan menghadap gambarnya. Dengan semua ini tercapailah objektif syaitan untuk menyesat, mengkafir, memusyrik dan menjadikan mereka ahli neraka.
Khusus kepada kes kedua, ia lazim berlaku kepada para shaikh tasawuf. Mereka asalnya ialah para hamba Allah yang shalih lagi bertaqwa, yang mendisiplinkan diri untuk beribadah kepada Allah secara bersungguh-sungguh. Kemudian syaitan datang melakukan beberapa aktiviti di luar adat kebiasaan di sekelilingnya sehingga masyarakat menganggap dia adalah seorang wali Allah. Dari sini mulalah mereka mengagungkan dia dengan pelbagai amalan bid‘ah dan cerita-cerita fantasy. Akhirnya seorang hamba Allah yang shalih telah diangkat oleh masyarakat menjadi super wali dan pelbagai pemikiran serta amalan yang syirik dilakukan atas namanya.[40]
Ciri # 19: Syaitan dapat ditangkap.
Abu Darda radhiallahu 'anh menerangkan bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bangun untuk bersolat, lalu ketika sedang solat, baginda berkata:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ.
“Aku berlindung kepada Allah dari engkau!”.
Kemudian baginda berkata:
أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ.
“Aku melaknat engkau dengan laknat Allah!”
Sebanyak tiga kali, sambil menghulurkan tangan seolah-olah ingin menangkap sesuatu.
Apabila baginda selesai solat, kami bertanya:
“Wahai Rasulullah! Kami mendengar kamu berkata dalam solat
sesuatu yang tidak pernah kami dengar kamu memperkatakannya
(ketika sedang solat) dan kami melihat kamu menghulurkan tangan.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي
فَقُلْتُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.
ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ
وَاللَّهِ لَوْلاَ دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ.
Sesungguhnya musuh Allah, yakni iblis, datang dengan membawa api
untuk dilemparkan ke muka aku.
Maka aku mengucap: “Aku berlindung kepada Allah dari engkau!” tiga kali.
Kemudian aku mengucap: “Aku melaknat engkau dengan laknat Allah!”
akan tetapi dia tidak mengundur diri. Kemudian aku bermaksud untuk menangkapnya.
Demi Allah! Jika bukanlah kerana doa saudara kami Sulaiman
nescaya ia akan terikat sehingga pagi
dan dijadikan mainan anak-anak warga Madinah.[41]
Berdasarkan hadis di atas, syaitan adalah satu makhluk yang boleh ditangkap, dikurung dan diikat. Hanya dari sudut syari‘at tindakan menangkap, mengurung dan mengikat makhluk jin dan syaitan tidak dibenarkan disebabkan oleh doa Nabi Sulaiman ‘alahi salam yang telah dikemukakan sebelum ini:
(Sulaiman berdoa): “Wahai Tuhanku! Ampunkanlah kesilapanku
dan kurniakanlah kepadaku sebuah kerajaan
yang tidak akan ada pada sesiapapun kemudian daripadaku;
sesungguhnya Engkaulah yang sentiasa Melimpah kurnia-Nya.”
[Shad 38:35]
Berdasarkan doa ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak menangkap iblis sekali pun baginda mampu melakukannya. Ini kerana tindakan tersebut hanya dibolehkan kepada Nabi Sulaiman dan dilarang kepada selainnya, termasuk Rasulullah dan umat baginda.
Bagi Rasulullah dan umat baginda, Allah yang akan mengikat iblis sekali setahun, iaitu sepanjang bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ.
Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan diikat.[42]
Berdasarkan hadis di atas juga dapat kita bezakan bahawa orang-orang yang memelihara atau menggunakan khidmat jin dan syaitan, mereka sebenarnya tidak mengikuti ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Jin dan syaitan sengaja membiarkan diri mereka diikat dan dijadikan khadam oleh tuannya agar dengan itu mereka dapat menjerumuskan tuan mereka ke dalam kesesatan.[43]
Ciri # 20: Syaitan memiliki waktu kegemaran.
Orang tua kita lazim berpesan, jangan bermain di luar ketika waktu senja. Pesanan ini berasal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ (أَوْ قَالَ جُنْحُ اللَّيْلِ) فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ
تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ الْعِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ.
Apabila malam menjelang tiba maka tahanlah anak-anak kalian (dari keluar)
kerana sesungguhnya pada waktu itu syaitan-syaitan berkeliaran.
Apabila telah berlalu waktu Isya’, maka lepaskanlah mereka.[44]
Ciri # 21: Syaitan memiliki tempat kegemaran.
Syaitan juga memiliki tempat kegemarannya, atau apa yang dapat disebut sebagai tempat melepaknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَكُونَنَّ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ وَلاَ آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا
فَإِنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ وَبِهَا يَنْصِبُ رَايَتَهُ.
Selagi mampu, janganlah menjadi orang yang pertama memasuki pasar
dan janganlah menjadi orang terakhir keluar dari pasar
kerana sesungguhnya pasar adalah medan tempur syaitan
dan di situlah benderanya dicacak.[45]
Pada zaman kini pasar bukan sahaja merujuk kepada tempat menjual ikan dan sayur tetapi meluas kepada pasaraya, pusat membeli belah dan bursa saham.
[1] Penyusunan bab ini adalah berdasarkan manhaj Imam al-Bukhari rahimahullah (256H) yang telah meletakkan satu bab khusus dalam kitab Shahihnya, iaitu Sifat iblis dan para tenteranya. Dalam bab tersebut beliau telah meletakkan hadis-hadis yang menerangkan sifat-sifat atau ciri-ciri iblis, syaitan dan para tentera mereka. Lalu saya mengikuti manhaj tersebut dan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis sahih dari kitab Shahih al-Bukhari dan selainnya berkenaan ciri-ciri syaitan ke dalam bab ini.
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 828-2 (Kitab solat al-Musafirin…, Bab waktu-waktu yang dilarang solat padanya).
[3] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3289 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[4] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2995 (Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq, Bab bersin dan kebencian menguap).
[5] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 6223 (Kitab al-Adab, Bab disukai bersin dan dibenci menguap).
[6] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Thabarani dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 686.
[7] Hasan Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai hasan sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5029 (Kitab al-Adab, bab berkenaan bersin). Syaikh Ismail bin Marsyud al-Rumaih memiliki buku kecil yang khas lagi menarik dalam bab ini, berjudul Adab al-Tatstsaub wa al-‘Uthas yang sudah diterjemah oleh Ismail Ali atas judul Adab Menguap dan Bersin yang diterbitkan oleh Pustaka Imam asy-Syafi’i, Bogor, 2004.
[8] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2020 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[9] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2021 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[10] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3286 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[11] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2034 (Kitab al-Asyrabah, Bab disukai menjilat jari…).
[12] Sanad Sahih: Dikeluarkan oleh al-Darimi dan sanadnya dinilai sahih oleh Husain Salim Asad dalam semakannya ke atas Musnad al-Darimi, hadis no: 2174 (Kitab al-Asyrabah, Bab orang yang dibenci minum berdiri).
[13] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2027 (Kitab al-Asyrabah, Bab minum air zam-zam sambil berdiri).
[14] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3270 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[15] Sanad Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Hibban dan sanadnya dinilai sahih oleh Syu‘aib al-Arna’uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban, hadis no: 6189 (Kitab al-Tarikh, Bab permulaan penciptaan, berkenaan khabar iblis yang meletakkan mahkota ke atas kepala tenteranya yang paling berjaya membuat fitnah).
[16] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2813-2 (Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah…, Bab gangguan syaitan dan pengutusan tenteranya…).
[17] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2018 (Kitab al-Asyrabah, Bab adab makan dan minum…).
[18] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2012 (Kitab al-Asyrabah, Bab perintah menutupi bekas…).
[19] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3295 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[20] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 389-2 (Kitab al-Solat, Bab keutamaan azan…).
[21] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 7171 (Kitab al-Ahkam, Bab persaksian hakim…).
[22] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2175 (Kitab al-Salam, Bab apabila dilihat mengiringi seorang wanita, disukai menjelaskan bahawa …).
[23] Dalam hadis ini terdapat beberapa petunjuk tambahan yang penting, iaitu:
1. Orang yang sedang beriktikaf di masjid boleh menerima lawatan dari kaum keluarganya dan berbincang sesuatu urusan keluarga.
2. Merupakan etika yang baik lagi bertepatan dengan sunnah yang mulia apabila isteri hendak keluar rumah (dengan izin suami), suami mengiringinya ke pintu rumah atau pagar luar rumah. Demikian juga apabila suami hendak keluar rumah, isteri mengiringinya ke pintu rumah atau pagar luar rumah.
3. 1400 tahun yang lalu, manusia mengetahui bahawa dalam badan mereka terdapat darah. Akan tetapi manusia tidak tahu bahawa darah tersebut bergerak dan mengalir dalam badannya. Hadis di atas merupakan salah satu pembuktian bahawa sabda Rasulullah berasal dari Allah dan bukan dari dirinya sendiri.
4. Apabila seseorang itu melakukan perkara yang aneh atau berlainan dari kebiasaan, hendaklah dia serta merta menjelaskan perbuatannya itu kepada orang-orang di sekelilingnya bagi mengelak syaitan mempengaruhi orang-orang tersebut dengan sesuatu sangkaan yang buruk. Ini dilakukan sekali pun orang-orang di sekeliling tidak berkata apa-apa ketika menyaksikan keanehan atau kelainan tersebut.
5. Demikian juga apabila berlaku salah faham dalam perbincangan atau komunikasi, hendaklah diluruskan salah faham tersebut serta merta sebelum syaitan sempat menghasut permusuhan antara satu sama lain. Pada masa kini terdapat banyak alat canggih untuk berkomunikasi dengan segera, seperti SMS (sistem pesanan ringkas) dan emel.
[24] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3276 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[25] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2988 (Kitab al-Tafsir, Bab tafsir surah al-Baqarah).
[26] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 1403 (Kitab al-Nikah, Bab orang yang melihat wanita…).
[27] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2203 (Kitab al-Salam, Bab meminta perlindungan dari syaitan…).
[28] Hasan: Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 3011.
[29] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2815 (Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah…, Bab gangguan syaitan dan pengutusan tenteranya…).
[30] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3282 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[31] Hasan: Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 3011.
[32] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 2165 (Kitab al-Salam, Bab larangan mendahului Ahl al-Kitab…).
[33] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 90 (Kitab al-‘Ilm, Bab marah dalam memberi nasihat dan pengajaran apabila melihat sesuatu yang tidak disukai). Syaikh Khumais al-Sa‘id Muhammad Abdullah memiliki buku yang baik berkenaan marah, berjudul Mawaqif Ghadhiba fihan al-Nabi yang sudah diterjemahkan oleh Beni Sarbeni atas judul Pelajaran Penting Dari Marahnya Nabi, diterbitkan oleh Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, 2005.
[34] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 509 (Kitab al-Solat, Bab orang yang solat menghalang orang yang melintas…).
Terjemahan harfiyah bahagian akhir hadis di atas ialah “…Jika dia enggan (dan tetap berkeras untuk melintas) maka bunuhlah dia kerana…”. al-Hafiz ibn Hajar al-‘Asqalani rahimahullah (852H) menukil perkataan Imam al-Qurtubi bahawa yang dimaksudkan dengan “bunuhlah dia” ialah menahan orang tersebut dengan lebih tegas. al-Qurtubi melanjutkan: “Para ulama’ sepakat bahawa orang yang solat tidak wajib memerangi orang yang melintas di hadapannya dengan menggunakan senjata kerana perbuatan itu menyalahi kaedah untuk melaksanakan solat dengan khusyuk.” [Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari (edisi terjemahan oleh Amiruddin dengan judul yang sama; Pustaka Azzam, Jakarta, 2003), jld. 3, ms. 291 (syarah kepada hadis no: 509)].
Lebih lanjut berkenaan hukum meletak penghadang bagi orang yang sedang solat, rujuk buku saya Panduan Ibadah Dalam Musafir Penerbangan (Jahabersa, Johor Bahru), ms. 129.
[35] Fath al-Bari, jld. 3, ms. 293 (syarah kepada hadis no: 509).
[36] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5247 (Kitab al-Adab, Bab berkenaan memadamkan api pada malam hari).
[37] Lebih lanjut tentang sihir, sila kaji buku-buku berikut:
1. ‘Abd al-Salam al-Syukri – al-Shir bain al-Haqiqah wa al-Wahm fi al-Tashawwur al-Islami (edisi terjemahan oleh Tirmidzi & Sari Narulita atas judul Bedah Tuntas Sihir; Pustaka Qalami, Jakarta, 2004).
2. Muhammad ‘Umar Sulaiman al-Asyqar – ‘Alam al-Sihr wa al-Sya’wadzah (edisi terjemahan oleh Munirul Abidin atas judul Candu Mistik: Menyingkap Sihir dan Perdukunan; Darul Falah, Jakarta, 2005).
3. Ibrahim ‘Abd al-Alim – ar-Radd al-Mubin ‘ala Bida‘i al-Mu‘alijin (edisi terjemahan oleh Masturi Irham & Abdurrahman Salih atas judul Rujukan Lengkap Masalah Jin dan Sihir; Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2005).
4. Abu Ameenah Bilal Philips – The Exorcist Tradition In Islam (Dar al-Fatah, Sharjah, 1997).
5. Abu Ubaidah Mahir bin Saleh Ali Mubarak (edisi terjemahan oleh Abu Ahmad atas judul Ruqyah Syar‘iyyah: Gangguan Jin, Hasad dan ‘Ain; Duta Ilmu, Surabaya, 2006).
6. Abu Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin – al-Thuruq al-Hisan fi ‘Illaj Amradh al-Jan (edisi terjemahan oleh Mahfudz; Pustaka Progressif, Jakarta, 2005).
7. Syaikh Askari bin Jamal al-Bugisi – Meluruskan Pemahaman Tentang Hadits Sihir, Studi Kritis Buku: Benarkah Nabi Muhammad s.a.w. Pernah Tersihir Karya Ali Umar al-Habsyi; Pustaka Qaulan Sadida, Malang, 2006.
[38] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3292 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[39] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 6997 (Kitab al-Ta’bir, Bab siapa yang melihat Nabi dalam mimpi).
[40] Berkenaan para wali dan sikap Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah kepadanya, rujuk buku saya Marilah Berkenalan Dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Berkenaan amalan mengambil berkat, rujuk risalah saya Perkara Ke-13 Yang Mencemari Kemurnian Tauhid: Menetapkan Keberkatan Terhadap Sesuatu Tanpa Dalil yang dimuatkan dalam buku Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 6). Berkenaan amalan berdoa dengan perantaraan seorang hamba shalih, rujuk buku saya 11 Perkara Yang Mencemari Kemurnian Tauhid. Berkenaan ilmu tasawuf dan para syaikhnya, rujuk risalah saya Pandangan Ibn Taimiyyah Dalam Tasawuf yang dimuatkan dalam buku Himpunan Risalah Dalam Beberapa Persoalan Ummah (Buku 6). Kesemuanya diterbitkan oleh Jahabersa, Johor Bahru.
[41] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 542 (Kitab al-Masajid…, Bab boleh melaknat syaitan ketika sedang solat…).
[42] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3277 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[43] Lebih lanjut berkenaan menggunakan khidmat jin, termasuk “jin muslim”, sila rujuk buku saya 11 Perkara Yang Mencemari Kemurnian Tauhid, terbitan Jahabersa, Johor Bahru.
[44] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 3280 (Kitab Bad’i al-Khalq, Bab sifat iblis dan tenteranya).
[45] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2451 (Kitab Fadhail al-Shahabah, Bab keutamaan Umm Salamah).